Makan Enak dan Murah Itu Ada di Sini

Sumber: Miyako indonesia

Saya nonton TV tuh jarang banget. TV sering dikuasai oleh para bocah, mau tidak mau akhirnya saya tersingkir. Namun, ada satu tontonan yang membuat kami bisa duduk bersama, yaitu tontonan Bikin Laper.

Tontonan ini sih bukan berisikan cara membuat suatu masakan seperti yang kebanyakan tontonan masakan lain, ya. Isi tontonan ini lebih simpel lagi. Si host hanya disuruh makan makanan yang disediakan oleh restoran, lalu memberi rekomendasi kepada penonton untuk membeli makanan di sana. Nah, itu bagi saya luar biasa bikin penasaran rasanya. Apalagi dengan gaya makan para host kadang membuat air liur saya terasa asam. Duh, sampai segitunya sih.

Tontonan Bikin Laper ini sebenarnya bertugas untuk mereview masakan di berbagai restoran pada daerah-daerah di Indonesia. Beberapa minggu yang lalu, tim Bikin Laper mereview rumah makan yang ada di Palembang. Kalau enggak ada review ini, mungkin saja tidak ada yang tahu rumah makan ini.

Enak, Nyaman, dan Murah di Rumah Makan Hj. Lis
Setelah bercerita dengan saudara saya saat berjalan-jalan, ternyata tayangan Bikin Laper di daerah Palembang itu pertama kali tayang pada bulan Ramadan tahun lalu. Itu berarti saya terlambat menontonnya. Saat saya tanyakan kepada saudara saya, ternyata beliau sudah beberapa kali makan di sana dan merekomendasikan pondok makan Hj. Lis.

Siang itu, setelah mengajak anak bermain, tepat di waktu makan siang, saya dan keluarga ditraktir makan di sana. Katanya sih tempat ini cukup terkenal di Palembang dan benar saja, tempat ini termasuk ramai pengunjung. Setelah satu saung kosong, beberapa menit kemudia saung itu kembali dipenuhi pelanggan.

Tempat makan ini terletak dekat dengan pusat perbelanjaan atau mall besar di Palembang. Akses ke sana pun mudah, tetapi saya sendiri belum pernah ke sana. Namun, dari jalanan bangunannya tidak tampak seperti rumah makan.

Sesampai di sana, saya tidak melihat bangunan seperti rumah makan atau restoran. Masuk ke area tempat itu, saya dan keluarga langsung disambut oleh tukang parkir karena ramainya orang yang datang.

Pondok makan Hj. Lis ini dikelilingi oleh pagar hidup atau tumbuhan semak. Sekilas bangunannya seperti rumah dan memang itu rumah yang dijadikan tempat usaha. Suasana adem dan udara sejuk saya rasakan saat memasuki tempat itu.

Pohon-pohon besar menaungi tempat itu. Beberapa saung yang etnik terlihat di beberapa tempat dan membuat hati merasa nyaman. Saya merasa kembali ke suasana alam yang harmonis.

Setiap bagian rumah pun dijadikan tempat untuk menjamu pembeli. Saya terpesona dengan pemandangan asri di sana. Rasa betah membuat saya ingin tinggal berlama-lama, tetapi hal itu tidak mungkin karena kami harus pulang ke rumah.

Kali itu saudara saya memesan pindang patin, ikan goreng, dan tempoyak patin. Hidangan pertama yang disuguhkan adalah tempe goreng, lalapan, sambel, nasi, dan minuman. Tak berapa lama muncullah hidangan utama.

Saya mulai mencicipi hidangan itu. Tempe digoreng dengan tepung dicocol sambel saja sudah nikmat apalagi nanti pindangnya. Ah, kalau tempoyak, saya kurang suka.

Tak lama kemudian, hidangan utama datang. Ya, saya mulai mencicipi pindangnya karena ikan digulai pindang memang kesukaan saya. Ehm … rasanya sedikit asam, pedas, dan terasinya terasa banget.

Lalu, saya mencoba mencicipi gulai tempoyak. Saya ambil seujung sendok gulainya. Ehm … manis! Lumayan enak bagi saya yang bukan pecinta tempoyak, tetapi secara keseluruhan rasanya recommended.

Enaknya tuh, ikan patin yang di dalam pindang, goreng, atau tempoyak itu berukuran besar dan berdaging tebal. Pembeli seperti saya merasa dihargai oleh penjualnya. Rasa ikannya juga segar dan bau amisnya pun enggak ada.

Dengan harga 25.000 seporsi, pelanggan sudah dapat lalapan, sambal, tempe goreng, dan nasi. Jadi, makan di sini tuh tergolong murah. Apalagi untuk rumah makan yang sudah direkomendasikan oleh Bikin Laper.

Bakso Egi, Penghangat Perut di Sore Hari
Tak banyak tempat makan yang bisa saya rekomendasikan kepada teman-teman. Itu karena saya bukanlah tipe orang yang suka makan di luar. Kalau pun mau membeli makanan, itu pun hanya sesekali dan dibawa pulang, seperti bakso Egi di dekat rumah saya.

Sumber gambar merdeka.com

Kedai Mama Vege Via Gojek
Kadang, saya pun memesan makanan lewat aplikasi Gojek. Nah, ada satu toko yang bisa saya rekomendasikan untuk teman-teman. Nama tokonya Kedai Mama Vege. Ada tiga menu kesukaan saya di sana, yaitu pecel lele vegetarian, rendang, dan bakso jamur vegetarian.

Screenshot via aplikasi gojek kedai Mama vege

Menurut saya ketiga menu itu pas di lidah. Rendang dagingnya yang enak, dengan dagingnya yang empuk apalagi ada sambelnya. Ui … ui … ui … bisa membuat saya ketagihan memakannya. Anak-anak suka makan lele vegetarian dan bakso. Harga makanannya juga termasuk murah loh.

Buat kalian yang mau mencoba mencicipi masakan rumahan ini, cari di aplikasi Gojek aja, ya, dengan nama Kedai Mama Vege. Insya Allah menu di sana mantap kok.

Apa pun makanan yang kalian minati dan diperoleh tanpa dimasak sendiri itu harus dibatasi, ya. Selain pengeluaran akan bertambah, kita tidak tahu seberapa higienis dan bahan apa saja yang dimasukkan dalam masakan itu. Apakah mereka memasak menggunakan bahan premium ataukah bahan yang sudah tidak layak lagi untuk dikonsumsi.

Ingat juga bahwa kehalalan makanan itu harus diperhitungkan. Jangan sungkan untuk bertanya tentang masakan apa yang kita makan dari penjual apalagi melalui aplikasi. Mengirim pesan kepada penjual sebaiknya dilakukan untuk memastikan kehalalan itu. Terakhir, saya berharap apa yang masuk ke dalam tubuh kita dapat memberi keberkahan dalam kehidupan kita nanti. Setuju?

Tentang Meliana Aryuni

Seorang yang mencoba menciptakan makna hidup dari lika-liku kehidupan melalui tulisan.
Pos ini dipublikasikan di Literasi dan tag , , , , , , , , , , , , . Tandai permalink.

Terima kasih atas masukannya, semoga tulisan disini bermanfaat ya :)