Demi Nilai, Semua Diabaikan

Butuh nilai

Eksistensi

Penghargaan

atau

Penghormatan?

Prinsip kita melakukan suatu tindakan mungkin berbeda, pada beberapa orang mungkin sama. Itu pilihan, berbuat baik atau buruk pun pilihan.Mau pahala atau dosa juga pilihan. Disayang atau dibenci juga pilihan. Hidup ini penuh dengan pilihan-pilihan. Beruntunglah orang-orang yang tidak salah memilih, yang memilih buka berdasarkan id namun juga memikirkan super ego.

Aku adalah aku. Jelas, aku bukan kamu. Aku mau begini atau begitu, terserah aku. Bukan urusanmu!

Inilah yang terjadi pada hari ini….Semaunya, padahal sudah dikatakan ‘jangan’, eh, masih dilakukan. Coba tebak apa maksudnya ❓

Itu lho, masih soal mencontek. Padahal sudah dibilangin, eh malah tuh buku pada nangkring di atas meja. Dengan biasanya dibuka tuh buku. Sesekali juga berbisik-bisik dengan teman. Aduh, kepalaku mumet liatnya. Ya, aku sih berusaha cuek, tapi hatiku nggak nerima.

“Itu kan salah!” Aku mencoba meredam ucapan-ucapan mereka yang mengatakan keidealisanku. Peduli amat. Mungkin akulah orang yang aneh, yang mereka temui disana. Mata mereka melirik dengan penuh tanya, yang bisa aku artikan maksudnya.

Aku pernah bilang dipostingan yang lalu bahwa orang yang aneh adalah ketika dia sendiri tidak melakukan apa yang umumnya dilakukan oleh para nggota kelompoknya. Betul, aku aneh. Nilai bagiku kedudukannya yang kesekian dari kesekian urutan. Nah lho…bingung kan?

Sebagian orang melakukan sesuatu untuk mencapai nilai padahal hakikat nilai itu belum tentu ia miliki meskipun telah mendapat nilai yang tak bernilai. Filsafat sekali ya 😆 . Aku aja nggak ngerti hehehe. Ada suatu prinsip yang prinsip bagiku, bahwa berusaha tanpa kecurangan itu lebih baik meski hasilnya tidak lebih buruk dari yang berbuat curang :mrgreen:

Sayup-sayup, aku mendengar ada yang berkomentar bahwa seseorang menyukai apa yang telah aku lakukan dan aku melihat beberapa orang tertunduk malu saat melihatku. Semoga cinta dunia tidak meliputi hati orang-orang yang mengimani hari akhir itu yang pasti tiba….

Tentang Meliana Aryuni

Seorang yang mencoba menciptakan makna hidup dari lika-liku kehidupan melalui tulisan.
Pos ini dipublikasikan di Isi Hatiku. Tandai permalink.

32 Balasan ke Demi Nilai, Semua Diabaikan

  1. didot berkata:

    mbak mel,kamu gak aneh saat hati nurani masih bisa bicara,yg aneh adalah saat hati nurani sudah mati dan tidak bicara saat melihat sesuatu yg salah.kenapa aneh? karena orang hidup tanpa hati nurani sama juga orang mati. apa gak aneh? orangnya hidup tapi hatinya mati?

    buat saya lebih baik jadi aneh dan jadi jumlah yg sedikit tatkala berurusan dengan kebenaran,karena jumlah tidak mencerminkan kebenaran. sekalipun kelompok kita melakukan hal itu semuanya,belum tentu hal itu yg benar.

    wallahualam ,semoga Allah memberi petunjuk kepada sahabatku yg satu ini 🙂

    Suka

  2. kawanlama95 berkata:

    tidak ada yang aneh bila melakukan kebiasaan berbeda dengan orang lain. hmmm sebuah kejujuranpun kadang dikatakan aneh.selamat pagi

    Suka

  3. hanyanulis berkata:

    Tulisan yang Bold merah, filosifis sekali ya..I like this one note 🙂

    Suka

  4. abdillah berkata:

    benar kta rasulullah, suatu saat aakn terjadi banyk perselisiihan, dan jujur dibilang boong dan sebaliknya, maka saat itu genggamlah dengan gigi geraham…

    semangat kebenaran..
    kebenaran tidak sebanding dengan kuantitas

    blog walking

    Suka

    • Meliana Aryuni berkata:

      Perselisihan terjadi dimana-mana. Yup, tidak selalu yg benar itu lebih banyak dari yg buruk….Klo kisah di atas, yg buruklah yg banyak….Landasan yg benar menghasilkan perilaku yg benar pula….

      Suka

  5. kunto berkata:

    hai, mba mel..
    dah lama g kunjungan, trnyata dah ktinggalan banyak post.
    mungkin juga masalahnya mereka yg jujur wkt ujian masih merasa belum dihargai jika hasil ujian jelek.

    Suka

  6. Asop berkata:

    Aduh, jujur saja saya masih ingat kenakalan saya waktu SMA ini…. 😆

    Suka

  7. Ifan Jayadi berkata:

    Mbak telah memegang nilai kebenaran dengan apa yang mbak yakini. Tetaplah berdiri tegak dan jangan goyah hanya karena riak2 kecil di sekeliling mbak. Salam kenal dariku yang tak sekuat mbak Meliana Aryuni

    Suka

  8. BENY KADIR berkata:

    Selamat pagi,Mba Mel.
    Wah,pertama kali saya sapa ”mba” ya?Biar lebih akrab.

    Apa yg Mba Mel alami,ini membuktikan bahwa cuma sedikit org yg mau melakukan sesuatu dgn benar dan jujur.
    Kita toh akan merasa puas dan bangga ketika kita tetap berdiri pada posisi yg aneh berapa pun nilai yg kita dapat.

    Selamat dan sukses buat Mba Mel.

    Suka

  9. Catatanvirman berkata:

    Begitulah. .Sebelum memilih suatu pilihan. .Komunikasi intrapersonal terlebih dahulu. . .
    Salam kenal ya mbak mel. .
    Blog walking

    Suka

  10. setitikharapan berkata:

    Idealisme seperti inilah yang harus tetap dipertahankan mbak. Ikuti lah yang baik dan benar walaupun itu pahit. Kita akan merasakan manisnya kelak di hari dimana tidak ada lagi contekan. Semangat.

    Suka

  11. kawanlama95 berkata:

    Memang banyak jalan menuju apa yang kita inginkan dan seringkali memakai cara-cara yang tidak sesuai hati nurani bahkan cara yang ditempuh membuat setiap orang yang tau menjadi miris dan prihatin. dan bukankah kita ingin aman didunia dan akhirat. berapa lama seeh hidupu didunia . heran dah kalo ada yang masih mau melakukan di luar kontrol kita sebagai orang beriman. Hmmm membaca ini sebuah intropeksi diri buat aku

    Suka

  12. setujuuuuuuuuu…
    🙂

    Suka

  13. kakaakin berkata:

    Hmm… Susah banget menghilangkan kebiasaan yang kek gini Mel…
    Aku aja masih nggak tegaan saat ada teman yang minta jawaban… duuhh… 😦

    Suka

  14. ilya berkata:

    Salam kenal 🙂
    Saya setuju sekali. Hampir semua teman2 saya melakukan kecurangan tiap ulangan. Entah bertanya, membuka buku, atau mencari di internet. Saya heran, mengapa mereka melakukan itu pada saat ulangan. Padahal mereka bisa melakukannya sebelum ulangan. Mereka tidak mau berusaha mengerjakan sendiri.
    Sebenarnya saya sendiri kadang2 masih suka mencontek. Tapi sekarang saya ingin berubah. Karena saya selalu dihinggapi rasa bersalah tiap mencontek, meskipun hanya 1 nmr..
    *mungkin perasaan bersalah itu belum pernah dirasakan teman2 saya..

    Suka

    • Meliana Aryuni berkata:

      Salam kenal kembali,Ilya…
      Syukurlah ada niat yang baik untuk menjadi lebih baik. Kalau diteruskan, kita akan merusak diri kita sendiri. Mindset kita hanya,” Klo ngga nyontek, nggak bakalan dapet nilai bagus.” Oke, Mbak doain semoga semua teman2 dan yang lainnya mampu mengcounter perbuatan buruk dgn kebaikan 🙂

      Suka

  15. ilya berkata:

    Iya mbak. Saya seneng bgt. Mid smt kali ini ada 2 temen yg kena batunya krn dpt 90 (hasil nyontek).
    Bukannya mau seneng2 di atas penderitaan orang lain. Tapi mgkn ini cara Allah nyadarin mereka berdua dan temen2ku yg lain 🙂

    Suka

Terima kasih atas masukannya, semoga tulisan disini bermanfaat ya :)