Salah Tebak

Suatu malam sepasang suami istri bercerita tentang aktivitasnya hari itu. Yang pertama bercerita adalah si istri tercinta. Dengan ekspresi yang heboh dia bercerita kepada suaminya. Di tengah cerita, suaminya berkata dengan nada lesu.

“Tadi di kantor ayah ada masalah, Bu. Ada teman ayah yang di PHK langsung oleh atasan karena mendua?”

“Lho kok bisa, Yah?” Si istri bingung.

“Bisa-lah Bu. Teman ayah itu mendua kerja di tempat lain,” kata si suami.

“Kan nggak apa-apa Yah kerja di tempat lain, asalkan tidak bentrok waktunya.”

“Bisa sih bisa Bu, tapi ini memang sudah keterlaluan. Ayah aja sudah 2 kali mergoki dia ngasih konsumen ke depeloper lain. Nah, untuk yang ketiga kalinya, sms untuk konsumen itu nyasar ke atasannya. Membaca sms itu, si atasan memanggil teman Ayah dan memberhentikannya hari itu juga. Atasann Ayah tetap memberikan gajinya kepada teman Ayah,” kata suamiku panjang lebar.

Suami itu melanjutkan lagi ceritanya.

“Teman Ayah lalu menelepon pacarnya sambil menangis menceritakan kejadiannya di kantor. Mendengar cerita yang tidak mengenakkan itu, pacarnya langsung berang. Dia langsung ke kantor Ayah dan ngamuk disana. Eh, pakai acara ngancam segala.”

Wajah si suami menerawang.

“Terus Ayah disuruh atasan untuk mengatakan “Suruh masuk pacarnya itu kalau dia mau ngomong baik-baik”. Ayah lakukan saja apa yang dikatakan atasan ayah. Ternyata pacarnya teman Ayah itu tidak mau nerima karena sedang emosi. Dia malah terus mengoceh dan ngancam ayah dan teman-teman.”

“Apa nggak ada solusi untuk mengatasi ancaman itu,Yah?”

“Teman-teman tidak mempedulikan apa yang menjadi isi ancaman itu. Selama tidak mengganggu, tidak akan ditindaklanjuti. Tenang ya Bu. Ini sudah yang ketiga kalinya Ayah diancam.

“Ayah, hati-hati lho. Disini semua ancaman bisa jadi nyata.”

“Iya, Ayah sudah banyak tahu tentang itu,Bu.”

Tak lama kemudian, terdengar suara HP berdering. Si suami langsung mengambil dan mengangkatnya. Tak ada suara.

“Bu, mungkin itu nomor pacar teman Ayah.”

“Benar apa,Yah?”

“Iya, Bu, tadi ketika HP Ayah angkat, nggak ada suaranya. Ayah punya firasat itu pacar teman ayah. Nggak usah diangkat, pura-pura aja nggak tahu.”

“Dah, Ayah silent-kan dulu ya Bu.” HP disilentkan dan sambil memutar kajian keislaman.

Terdengar salam dari pintu depan.

“Bu, jangan dijawab. Itu pacarnya teman Ayah!” Si suami berbisik lemah.

“Mungkin aja itu tetangga atau dari pak RT, Yah,” urai si istri.

“Ayah yakin Bu, itu pacarnya teman Ayah.”Sssstttt…Ayah langsung mengambil HP dan melihat jam. Sekarang sudah 20.40 WIB.

“Mereka belum pulang, Bu. Mereka masih ada di depan rumah,” kata si suami cemas dengan tubuh yang agak gemetar.

“Udah, kita telepon aja si Heri, minta dia ke rumah kita,” ungkap si suami cemas. Si istri lalu mengambil HP dan langsung menelepon sepupu si suami yang berprofesi sebagai PM.

Dengan berbisik pula, si istri menelepon Heri. Dengan nada lembut dijawab Heri. Setelah itu HP kehabisan pulsa dan sms masuk diterima kedua suami istri itu.

“Maaf mas, aku nggak bisa datang. Badanku lagi lemas dan nggak kuat kesana,” bunyi sms itu. Lemas aku membaca sms itu.

“Ya, nggak apa-apa. Mungkin orangnya sudah nggak ada juga di depan rumah,” bahasa sms suami itu. Lalu masuk lagi sms dari Heri.

“Kalau masuk rumah, langsung bacok aja, mas. Urusan belakangan. Yang penting aman,” kata sepupu suami.

Semua doa terucapkan dengan lirih, namun tidak bisa membuat si istri menahan BAK. Setelah 15 menit berlalu, si istri nekat.

“Yah, Ibu nggak tahan. Ibu mau BAK, nanti Ayah langsung ke kamar dan ambil pedang dan parang. Nanti kalau ada apa-apa, Ayah pegang pedang dan Ibu pegang parang. Setelah BAK, suami istri itu melihat semua pintu dan aman. Si suami mengecek kunci pintu depan dan belakang. Di hidupkan lampu ruang tamu dan di sana ada selembar kertas. Isinya tentang pembagian air bersih. Si suami langsung memanggil si istri dan tertawa lega.

“Oalaaa, Bu….Ternyata ini tho!”

“Tuh kan Ayah, Ibu bilang apa. Ayah si takut benar. Ah, ketahuan deh kalau Ayah penakut,” ejek si istri.

NB:

Nah, kisah suami istri di atas menjadi pelajaran kepada kita bahwa kadang ketakutan kita pada sesuatu yang akan terjadi membuat kita terhalang untuk melakukan sesuatu. Bahwa kadang pula kita mendapatkan getah meskipun kita tidak memakan nangka. Itu semua resiko dalam pekerjaan kita. Ketika dihadapi dengan situasi yang terdesak, orang bisa melakukan apa-apa. Yang terpenting, jangan jadikan emosi kita yang meledak membuat orang lain celaka.

Tentang Meliana Aryuni

Seorang yang mencoba menciptakan makna hidup dari lika-liku kehidupan melalui tulisan.
Pos ini dipublikasikan di Narasi Psikologi. Tandai permalink.

5 Balasan ke Salah Tebak

  1. Dewi berkata:

    Mantap tulisannya
    terimakasih ya infonya

    Suka

  2. silver account berkata:

    Saya ibu dari 2 anak dan saya juga bekerja. Dalam dua tahun terakhir, kehidupan rumah tangga saya tidak harmonis, bahkan sudah 1,5 tahun kami tidak melakukan hubungan suami istri. Nafkah lahir dari suami juga amat minim, bahkan 6 bulan terakhir suami tidak memberi nafkah sama sekali dengan alasan sekarang saya pulang ke rumah orangtua. Menurut saya, jika memang dia tidak ingin memberi nafkah buat saya, biar saja. Tapi, bagaimana dengan anak-anaknya yang juga butuh biaya pendidikan. Anak pertama saya sudah kelas 5 SD dan yang kedua SD kelas 1.

    Suka

  3. pringadi_as berkata:

    menyimak 🙂

    Suka

  4. Assalaamu’alaikum wr.wb, Meliana…

    SELAMAT HARI IBU untuk semua anak-anak dan ibu-ibu di Indonesia yang meraikan HARI IBU pada hari ini. Sebagai menghargai ibu yang dicintai, saya menghadiahkan 2 AWARD HARI IBU untuk dijadikan kenangan dari Malaysia.

    Silakan kutip award-award tersebut di sini:

    CT143. 22 DISEMBER 2012: SELAMAT HARI IBU UNTUK SAHABATKU… IBU-IBU DI INDONESIA

    Salam mesra dari Sarikei, Sarawak.

    Suka

Terima kasih atas masukannya, semoga tulisan disini bermanfaat ya :)