Cerita ini semestinya aku sertakan dalam 2 hari yang lalu di blog ini. Rasa takut menghinggapiku saat aku pulang kuliah. Gelap sudah menyelimuti malam, namun beringasnya wajah- wajah muda masih terbayang dalam ingatanku. Gerombolan anak mudah, tepatnya remaja SMP- SMA duduk di pinggir jalan. Lalu terdengarlah suara, motorku menjadi pelan karena kerumunan anak remaja yang nekat itu telah membuat putaran rodaku terhambat. Aku ingin cepat pulang, tapi tidak bisa.
Mobil polisi yang berpatroli berhenti di pinggir jalan. Hanya satu mobil patroli yang berhenti, tetapi apa yang bisa dilakukan oleh 2 orang bapak itu ❓ Tidak ada. Mereka terlihat hanya melihat dan menonton keramaian yang ada. Di atas motor, aku mendengar suara remaja yang mengomandoi. Semua temannya berdiri dan memasuki jalan menuju perumahanku. Masih kuingat, baju kaos hijau yang bertuliskan nama lain klub sepak bola terbesar di kotaku dengan latar dinamanya kuning. Mataku mencoba mencari wajah yang kukenal. Entah angin apa yang membawa aku bertanya kepada seorang remaja, yang beranting- anting di bibirnya. Aku pelankan gas motorku.
“Emang ada apa sih, Dik?” Aku membuka helm ketika remaja itu memasang masker penutup wajahnya. Usia belasan, masih muda dan labil sekali.
” Berkelahi, Yuk (panggilan untuk wanita yang usianya lebih tua). B memukul kawan kami. Kami mau ngebalas mereka.” Intonasi yang kudengar tinggi. Seakan amarah sudah di ubun- ubun.
” Sudahlah, baliklah ke rumah. Nanti mati gimana?” Kataku sekenanya.
” Apa nggak sayang nyawa?” Dia tertawa kecil. Remaja yang ikut- ikutan, yang tidak tahu jelas konsekuensi dari apa yang dilakukan. Hanya ujuk kebolehan dan kegagahan. Profil remaja sekarang, tapi jangan takut bahwa masih banyak remaja yang baik di dunia ini.
“Baliklah ya,” kataku mengakhiri tanya jawab singkatku.
” Iyo, Yuk.” Setelah itu aku langsung menuju rumah dengan kepala yang berdenyut minta diistirahatkan. Apa yang terjadi selanjutnya ❓ Aku tidak tahu. Semoga polisi yang berpatroli itu segera menghubungi keamanan atau petugas yang lain sehingga tawuran antarwarga tidak terjadi pertumpahan darah. Dari kejauhan, aku melihat remaja yang kukenal, tetanggaku!
Cobalah kalau mereka memikirkan dampak dari perbuatan mereka. Dampaknya akan berlanjut dari generasi ke generasi. Yang kesemua pihak tidak mau mengalah. Masing- masing pihak merasa benar. Yang merasa benar dan punya kuasa dan kuat, dia yang menang. Terus, jika terjadi pertumpahan darah, yang rugi siapa ❓ Remaja tidak memikirkan akibatnya.
Negara ini akan dilihat dari generasi mudanya. Lalu bagaimana penilaian terhadap generasi muda kita sekarang ini?
yach kembali seperti jaman purba…
SukaSuka
masya allah ada-ada aja…udah dr saya ramaja juga yang kaya gini tuuh udah ada..ckckck miris sekali
SukaSuka
BIasa, darah muda. Yang selalu membara dan selalu mencari sensasi gara-gara 😆
Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan
SukaSuka
Ping balik: Setetes Embun, Aku ingin Bisa « Blognya Sugeng Harjono
Salam Takzim
Generasi muda tanggung jawab kita bersama bund. tapi yang lebih bertanggung jawab ya orang tuanya, biasanya rusuh itu dibawa dari rumah lho bund
Salam Takzim Batavusqu
SukaSuka
Ping balik: Pribadi Untuk Semua | psikologi
darah muda gan
mantap
coment back http://lanazalia.blogspot.com
full comedy and jekeiti
SukaSuka