Adiel, Sheryl, dan Aqsyal

Tiba-tiba seorang anak mendekatiku dan langsung duduk dipangkuanku. Dia Adiel, anak yang sengaja dipindahi ke kelas lain karena orang tuanya minta dipindahkan. Alasannya di kelasku itu ada anak yang dulunya di kelas satu sering bertengkar. Dengan berat hati, aku harus merelakannya pergi dari kelasku. Sedih sih…Dia anak yang lucu dan menggemaskan. Dengan pipi tembamnya dan baju gamis bertutup kepala…wah, dia makin ganteng teman :mrgreen:

Entah kenapa Adiel mau menemuiku.

“Kangen sama Bunda ya ?” Dia nggak menjawab langsung. Dia hanya tersenyum padaku.

“Lho, tumben Adiel ke kelas Bunda ? Kenapa, Adiel baru dimarahi Bundanya ya ?” Dia diam lalu membuka buku yang ada di atas mejaku.

Itu sekilas tentang Adiel. Sekarang aku akan menceritakan anak lain yang unik dan memiliki kenangan tersendiri. Namanya Sheryl. Dia salah satu gadis kecil di kelasku. Dulu, diawal masuk kelas dua, anak ini memang terbilang anak yang spesial. Tingkahnya itu lho, sering membuatku gemas. Sebenarnya dia bukan anak yang suka ngobrol di kelas.Β  Tugas di sekolah dan di rumah selalu ia kerjakan. Dia anak yang pendiam. Kadang dia sering manyun. Sampai suatu hari, dia mengganggu temannya. Dia menyangka penghapus itu miliknya dan temannya tidak mau mengalah. Temannya itu yakin bahwa penghapus itu adalah miliknya karena ada tanda disana yang mencirikan penghapusnya. Karena sama-sama tidak mau mengalah, akhirnya temannya itu melapor. Kupanggillah Sheryl dengan membawa penghapus yang serupa, tetapi tidak sama. Aku bilang, ” Benar itu punya Sheryl ? ” Dia hanya melihatku dan tidak menjawab pertanyaanku.

” Sheryl, nggak boleh lho ngaku-ngaku punya kita kalau bukan milik kita. Gini aja Bunda punya yang ini. Sama kan ? Ntar yang ini buat Sheryl aja ya.” Dia tetap dengan pendiriannya. Akhirnya keduanya menangis. Kubujuk temannya agar dia saja yang mau mengambil penghapus dariku itu.

“Bunda tunggu sampai menangisnya selesai ya. Kalau udah selesai, Sheryl boleh masuk ya,” kataku sedang temannya itu sudah duduk di kursi sedangkan dia masih berada di depan pintu kelas. Tatapannya penuh ketidaksukaan. Itu hanya sebentar, Teman. Biasa anak kecil memang seperti itulah. Kadang malu aja, yang dewasa tidak mudah memaafkan, masya Allah.

Sejak saat itu, Sheryl sedikit berubah. Mungkin dia mempelajari sikapku. Dia yang dulunya suka manyun, kini sedikit berubah. Dia sekarang sudah suka tersenyum meskipun dengan senyum malu-malu.

Aqsyal, ini anak yang sering aku ceritakan ya.

Tanggung jawab dan rasa sayang si kakak sudah terbukti !

Waktu pertama kali mendapatkan kisah kasih antara kakak beradik ini, hatiku ikut terharu melihat mereka. Mereka anak kecil. Beruntung sekali orang tua yang mempunyai anak seperti mereka. Si kakak adalah kakak yang pantas dijadikan suri teladan bagi si adik. Latifah nama si kakak. Latifah mungkin selisih 2 tahunan dengan si adik. Subhanallah, begitu sayangnya si kakak dengan si adik. Latifah sering datang ke kelas adiknya lalu dengan wajah cemas dia akan bertanya kepada guru kelasnya,” Bunda, Aqsyal hari ini ngerjain tugas nggak?” Nama adiknya Aqsyal. Anak ini lucu, imut, menggemaskan, namun si adik belum pandai menulis dengan cepat. Aqsyal kidal. Suaranya seringkali membuatku senyum sendiri di rumah. Kalau aku ingat Aqsyal, aku ingat senyumnya dengan gigi hitam yang hampir ada di gigi seri atas bawah.

Nah, Ramadhan ini ada perubahan pada Aqsyal. Sekarang dia selalu menyelesaikan tugas-tugasnya.

“Bunda, Aqsyal udah nomor 3 lho !” Aku tahu maksudnya seperti itu. Anak ini harus didorong, harus dipuji.

” Ayo, tinggal dua lagi, Aqsyal. Kalahkan Abang !” Kataku menyemangatinya. Si Abang melihat aja, tetapi berusaha untuk tidak ketinggalan dengan Aqsyal. Persaingan yang sehat, Nak.

Calon generasi yang akan datang, yang akan menggantikan kita nanti. Semoga mereka bisa menaklukkan zaman yang semakin edan.

Tentang Meliana Aryuni

Seorang yang mencoba menciptakan makna hidup dari lika-liku kehidupan melalui tulisan.
Pos ini dipublikasikan di Pernik Sekolah. Tandai permalink.

24 Balasan ke Adiel, Sheryl, dan Aqsyal

  1. Aul berkata:

    Guru adalah tempat kedua setelah orang tua untuk menyiapkan seorang anak agar mampu menghadapi kehidupan masa depannya. Hal yang terpenting untuk diisiapkan kepada seorang anak adalah Aqidah. Di dalam Alquran digambarkan seorang ayah (Luqman) menekankan Aqidah untuk dijaga oleh anaknya. Ya bunayya la tusyrik billah, Ya bunayya Aqimussholah, dsb.

    Suka

  2. darahbiroe berkata:

    dorongan dan motivasi untuk anak memang sangat mempengaruhi secara psikologis nya
    smoga ajah ditangan anak anak kita kelak indonesia akan semakin berjaya
    πŸ˜€

    Suka

  3. welfi berkata:

    Anak-anak memang perlu motivasi untuk memacu mereka agar lebih baik lagi, apalagi yang di lakukan mereka adalah baik……setuju….. πŸ˜€
    yaa karena anak- anak udah ada yg nyemangatin, klo begitu welfi nyemangatin cek gu nya aja ah, semangat yuuuuuuuuk!!!! πŸ˜€ πŸ˜€

    Suka

  4. BENY KADIR berkata:

    Seringkali kita mengurus anak2 seperti di rumah berhadapan dengan anak sendiri.
    Tapi, Mba Mel belum berkeluarga kan?
    Anak2 di sekolah pun menganggap kita sebagai orang tuanya sendiri.
    Sungguh, tidak mudah menangani anak2 kelas rendah. Perlu ketulusan dan kesabaran, ya.

    Suka

  5. hitam berkata:

    suport guru mmang sangat pengaruh tuk psikologi anak,,pujian merupakan hadiah manis tuk mereka

    Suka

  6. milimeterst berkata:

    bu guru.. saya absen aja ya .. kgk komen….
    makasi ya …

    Suka

  7. Bali Property berkata:

    Setiap anak memang memiliki keunikan tersendiri. jika kita bisa mendorongnya dan menyemangatinya dalam hal yang baik, pasti si anak akan terdidik dan terbiasa dengan hal yang baik dan maju!
    Bali Villas Bali Villa

    Suka

  8. nurhayadi berkata:

    Yang sabar ya bu guru. Salam kenal dari solo. See you in my blog.

    Suka

  9. Kakaakin berkata:

    Subhanallah… semangat banget mereka πŸ˜€
    Guru harus dengan sabar mengajari mereka… Karena sebagian anak mengganggap guru adalah pusat dunia mereka πŸ˜€
    *lebay*

    Suka

  10. Sugeng berkata:

    Betapa sejuknya bila mempunyai guru seperti ini, jadi ingat waktu sekolah dulu yang sering dipanggil guru BP πŸ˜†

    Suka

  11. classically berkata:

    Semangat positif pun ibadah.
    Setiap anak punya potensi. Mereka cerdas, tinggal bagaimana lingkungan membentuknya saja πŸ™‚

    salam kenal,
    classically

    Suka

  12. kangmas ian berkata:

    enak banget berinteraksi dengan anak2..
    bangga neh nani suaminya wkwkw

    Suka

Terima kasih atas masukannya, semoga tulisan disini bermanfaat ya :)