Padang Bulan dalam Resensi

Judul                  : Dwilogi Padang Bulan

Penulis               : Andrea Hirata

Penerbit             : Bentang Pustaka, Yogjakarta 2010 (Cet.1)

Halaman            : Padang Bulan (254 hal.), Cinta di Dalam Gelas (270 hal.)

Image and video hosting by TinyPic

Siapa yang tidak mengenal Andrea Hirata yang terkenal dengan Tetraloginya Laskar Pelangi. Nah, kali ini si Penulis membuat dwilogi yang tidak kalah serunya. Kisah yang ditampilkan tetap Ikal yang masih mengejar impiannya menikahi gadis Tionghoa, tapi kali ini lebih menceritakan tentang seorang gadis yang bernama Maryamah binti Zamzami atau dipanggil Enong. Novel ini menceritakan perjuangan Enong dalam menjalani hidupnya yang penuh dengan kepedihan. Enong yang harus membantu perekonomian keluarga, Enong yang harus mendulang timah untuk menghidupi dirinya dan ibunya yang sakit-sakitan sedangkan adik-adiknya sudah menikah. Karena ibunyalah, Enong rela menikah dengan Matarom. Keputusan yang salah dan berakhir dengan perceraian karena tiba-tiba datang kepadanya seorang wanitahamil dan memarahinya. Perlakuan kasar Matarom juga menjadi alasan bagi Enong untuk tidak melanjutkan pernikahannya dengan Matarom.

Wanita pendulang timah itu hebat, dia mempunyai impian bisa berbahasa Inggris. Dengan usia yang tidak muda lagi dia kursus bahasa Inggris. Sungguh kalau membaca kisah Enong, semangat belajar tersulut kembali. “Enong yang penuh keterbatasan saja bersemangat mencari ilmu, lah kita yang berpunya kok males-malesan ❓  ” Kehidupan Enong menginspirasi apalagi di dalam novel ‘Cinta di dalam Gelas’, Enong yang tidak tahu tentang catur ternyata bisa mengalahkan pecatur terkenal, Matarom, mantan suaminya. Enong ingin membuat orang jangan meremehkan martabat wanita dalam pertarungan catur. Dengan siapa Enong berguru ? Dengan pecatur dunia, Ninochka Stronovsky.

Pertarungan seru di atas papan catur membuat Enong tidak pernah berhenti untuk bersemangat. Enong tidak pernah berputus asa. Dia ingin membalas semua perlakuan mantan suaminya, Matarom dalam pertarungan catur yang menarik untuk ditonton semua warga meskipun sebelumnya para warga tidak membolehkan wanita bermain catur.

Di novel ‘Padang Bulan’, kisah Enong tetap ditampilkan. Enong yang telah menyelamatkan Ikal dari jerat kematian karena ingin meninggikan tubuhnya 4 cm karena ingin bersaing dengan Zinar (orang yang diisukan akan menikahi A Ling) dengan alat Ortoceria. Wah, nekat…nekat….Demi cinta rela mati. Mati sia-sia lagi. Naudzubillah. Di akhir kisah, ternyata Zinar bukan menikahi A Ling. Ikal sangat senang.

Novel ini membuat aku merenung lalu tertawa dengan ulahnya si Detektif M.Nur yang ahli dalam mengajar burung merpatinya Ratna Mutumanikan. Si burung disuruh mengantarkan surat ke Ikal, balik lagi ke Detektif, sampai berulang kali. Aku sedih membaca kisah si burung ini.

Dari segi perwajahan, aku suka covernya, sederhana tanpa banyak tulisan-tulisan yang tidak perlu, namun tetap menimbulkan tanda tanya. Penjudulan yang sampai sekarang membuatku bingung ‘Padang Bulan’ dan ‘Cinta di Dalam Gelas’ yang sampai saat ini masih belum bisa kucari benang merah dengan isi ceritanya.

Nah, teman-teman itulah novel yang berhari-hari ini aku baca meski tersendat-sendat karena kurang tantangan seperti novel nonfiksinya Torey Hayden. Ah, lagi-lagi Torey….Silahkan membaca

Tentang Meliana Aryuni

Seorang yang mencoba menciptakan makna hidup dari lika-liku kehidupan melalui tulisan.
Pos ini dipublikasikan di Resensi. Tandai permalink.

11 Balasan ke Padang Bulan dalam Resensi

  1. katakatalina berkata:

    hai mbak….duh kangen, kangen. maaf baru aktif lagi bloggingnya…

    iya buku ini bagus banget, saya udah tamat juga bacanya. suka bagian perjuangan enong menjadi pemenang catur. pengen banget sesemangat enong gitu…ya

    Suka

  2. gelimang berkata:

    emang udah keluar ya ukhti???
    wah ud ga sabar baca nih

    Suka

  3. Ardiabara Ihsan berkata:

    Mbak, merpatinya detektif M.Nur itu namanya Jose Rizal. Nah, si Ratna itu burungnya preman cebol. Emang sih, dilatih juga oleh Detektif M. Nur, dengan syarat barteran ala spionase, tapi kan burung kesayangan M. Nur tetep jose Rizal. Sampe-sampe nggak jadi merantau di Jakarta gara-gara tuh burung^_^

    -Ardi-

    Suka

    • melianaaryuni berkata:

      Hehehehe…Iya, Di, Mbak yang kelupaan, maklum udah berapa minggu yang lalu nyelesainnya 🙂
      Wah, Ardi yang melengkapi resensinya ya. Keren, Di, Jose Rizal….ada nggak ya sekarang ^^….

      Suka

  4. erfano nalakiano berkata:

    Saya suka novel ini karena kuatnya riset Andrea akan kebiasaan orang Melayu dan tentang catur.
    Demi itu, Andrea harus membaca buku tebal berpuluh2 agar novel ini maksimal.
    Selain itu novel ini menjawab novel maryamah yang banyak dikatakan mengecewakan.

    Seru Jadi Guru 🙂

    Suka

  5. alisnaik berkata:

    selamat pagi

    masih ngantri nih sama kakak saya buat baca novel ini. huhhuhu

    mungkin kayak di Maryamah Karpov, judulnya kurang menceritakan konten novelnya 😉

    terima kasih dan mohon maaf 😮

    Suka

  6. kangmas ian berkata:

    minjem dong bukunya..

    Suka

Tinggalkan Balasan ke melianaaryuni Batalkan balasan