Hari Pertama Sekolah ^^

Setelah beberapa minggu liburan, ternyata terasa enggan pergi ke sekolah. Rasa malas pergi ke sekolah itulah yang terasa sekali pagi tadi. Duh, kembali dengan rutinitas kerja. Sesampainya di sekolah, ternyata semuanya hilang. Wajah-wajah yang lucu dari anak-anak kelas dua membuat rasa itu hilang. Pipi yang temban, gaya bicara yang masih cadel, wajah yang imut, ah….tahun ini adalah tahun mengejutkan selama aku mengajar. Terasa berbeda memang ketika mengajar kelas rendah dan kelas tinggi. Bertahun-tahun kemarin aku selalu berada di kelas tinggi. Akhirnya aku merasakan bagaimana mengajar kelas rendah, yang disana nanti akan aku temui anak-anak yang masih suka pipis dan pup di celana. Hari ini saja, mereka sudah memperlihatkan sesuatu yang tidak pernah aku lihat di kelas tinggi.

Sekarang ruang kelasku adalah kelas II, nama kelasnya adalah kelas Sa’ad bin Abi Waqqash. Aku mau mendokumentasikan kegiatan hari ini ah. Mau membaca ceritaku hari ini, Teman ? Yuk, silahkan dibaca dengan cermat ya. Apa yang terjadi di pagi tadi adalah situasi yang sama saat kita berada di sebuah sekolah, yang baru masuk sekolah. Mobil-mobil yang memenuhi halaman sekolah, anak-anak kelas I yang masih duduk bersama orang tuanya, anak yang menangis karena tudak tahu kelas, semuanya komplit. Semua guru sibuk dengan aktivitas kelasnya, termasuk di kelasku.

Belum juga siang, ada satu anak yang menangis ketika disuruh mewarnai kaligrafi ‘ Muhammad’. Nama panggilannya Abang, putih, tinggi, dan agak lincah (sudah mulai terlihat). Teman-teman tahu tidak mengapa Abang menangis ? Setelah diusut,  Abang menangis karena dia tidak mau mewarnai dengan krayon pinjaman dari teman yang lain. Teman-temannya yang lain padahal sudah meminjamkannya. Setelah dipinjamkan krayon dari kelas sebelah, Abang baru mau mewarnai. Di dalam diri Abang mulai terbentuk ‘tidak mau memakai barang orang’, akhirnya dia hanya diam dan menangis di luar kelas. Alhamdulillah kejadia itu hanya sekejap saja.

Ketika makan siang…

Kalau di kelas tinggi, anak-anak sudah mandiri dan makanannya tidak berhamburan di lantai. Nah, pemandangan yang berbeda tidak terlihat disini. Banyak nasi yang berceceran di lantai. Mereka belum ada kesadaran untuk berusaha membersihkannya. Inilah tantangan ke depan, yaitu menimbulkan kemandirian di dalam diri anak. Salut juga dengan guru-guru yang terbiasa di kelas rendah. Dulu, aku tidak pernah terbayang menjadi guru di kelas rendah, nah ini dapat. Alhamdulillah aku menikmati  sorot mata lugu mereka. Itulah salah satu nikmat yang aku dapatkan hari ini.

Oh iya, aku ingat sekali dengan Adil (nama panjangnya lupa). Baru perkenalan nama siswa, dia sudah protes dengan cara bacaku. Nah, lho…Daya kritisnya sudah mulai terlihat di awal tahun ajaran ini. Aku sih suka mengubah cara membacaku, kadang kubuat seperti layaknya presenter, kadang berkata seperti seorang anak-anak, ya itulah seni mengajar. Kita bisa menjadi apa pun yang kita mampu di depan anak didik kita. Ternyata si Adil tidak suka dengan  gaya presenterku (hihihi…) lalu berkata, ” Bunda, jangan seperti itu bacanya. Biasa aja.” Bukannya mau marah, aku malah melihat ke arah Adil dengan gemas. Nih, anak akan kuingat. Benar, sekali. Aku ingat namanya, Teman.

Satu lagi, sepertinya si Adil ini malas menulis (penilaian sementara). Kok bisa ketahuan seperti itu. Begini, waktu semua anak disuruh menulis barang apa saja yang harus dibawa besok dan pelajaran apa besok, Adil tidak menulis. Diam-diam dia mendatangiku dan berkata, ” Bunda, aku nggak nulis, tapi aku hapal kok.” Hah, tercengang juga sih mendengarnya. Tidak ada di antara anak-anak lain yang tidak menulis, kecuali Adil.

” Emang hapal barang apa aja yang mau dibawa besok?” Tanyaku. Mata bulatnya berputar-putar sebentar lalu melihat ke arahku.

” Ayo, besok bawa apa aja. Coba sebutkan sama Bunda !”

” Hmmm, besok bawa….Yang ikhwan aja ya, Bun?” Tanya Adil di sertai anggukan kepalaku yang menyatakan setuju.

” Iya, coba Adil sebutkan. Bunda mau dengar apakah semuanya Adil ingat. Ntar lupa lho kalau nggak dicatet,” kataku.

” Sajadah, krayon, sandal, dan baju ganti. Pelajaran yang dibawa PAI, TQ,KTK…” Matanya seorang melihat ke arah papan tulis dan aku mencoba untuk menutupi matanya.

“Sains,” ucapku.

“Oh, iya. Sains ya,Bunda,” katanya dengan mata berbinar.

” Nah, sekarang coba sebutkan lagi.” Alhamdulillah Adil bisa menyebutkan dengan benar bahkan dia ulang beberapa kali di hadapanku padahal aku tidak memintanya. Adil, bocah pertama yang membuat aku tersenyum pagi ini.

Sewaktu istirahat, aku dikejutkan dengan datangnya bidadari mungil dari kelasku dulu. Mereka adalah Ayu, Annisa, dan Dinda. Mereka satu kelas sekarang lalu kemana anak-anak yang lainnya? Anak-anak yang lainnya nanti akan aku ceritakan, Teman.  Mereka kengen kepadaku, Teman. Kata mereka, ” Bunda, kenapa Bunda nggak gantiin Ustadz Mukarrom aja. Ustadz Mukarrom disini, Bunda di kelas kita,” kata Dinda diikuti yang lain.

” Kenapa, kalian kangen ya sama Bunda. Bunda kan cerewet,” kataku. Tak lama kemudian datanglah rombongan Amel, Inge, Alma, dan Vika. Hal yang sama mereka katakan.

” Kalian kangen karena nggak ada lagi Bunda yang suka lebay seperti Bunda kan?”

” Iya, Bun. Kami kan inget lebaynya Bunda, Bun bun Mel, ” kata Vika (Aku menyebutnya Viki, panggilan kesayanganku).

Sejurus kemudian muncul lagi rombongan berikutnya, Bila dan Ayu P. Semuanya berkumpul di depan kelas. Wah, tersanjung aku dengan kunjungan mereka. Ingin rasanya menitikan air mata padahal sebelumnya air mataku hendak mengalir karena suatu sebab, tetapi kebahagianlah yang kurasakan kali ini. Anak-anakku, setahun kebersamaan kemarin menciptakan berbagai kenangan yang indah meski dibalut dengan duka.

Saat kumpul di depan kelas, rombongan ikhwan datang menghampiriku. Labib  (panggilan sayangku Bibun) langsung menyalamiku, disusul Aqil, Aziz, Juan, semuanya membuat aku terharu. Debur haru yang kucoba tahan, berapa banyak nikmat yang Allah berikan padaku dengan kehadiran anak-anak yang bisa menyenangkan hatiku. Labib yang dulunya spesial, kini menjadi bertambah spesial. Khusus Labib, aku sampaikan padanya untuk main ke kelasku waktu istirahat walaupun sebentar. Alhamdulillah, dia menyanggupinya.

Ya Allah, berikan mereka sifat-sifat yang terpuji untuk menjalani kehidupan mereka kelak. Jadikan mereka anak-anak yang sholeh-sholehah, yang bisa menyenangkan hati orang tuanya, membanggakan agama dan bangsa. Ya Allah berikan aku keluasan ilmu untuk memahami setiap karakter anak dan selalu ikhlas menjalani apa yang Engkau berikan padaku. Ya Allah, maafkan semua kesalahanku jika dalam bekerja dan berhubungan dengan orang lain aku selalu berbuat salah. Aku hanya manusia yang penuh kekurangan.

Anak-anakku…

Bunda selalu berdoa semoga kalian semua menjadi anak-anak yang bukan sekedar slogan ‘sholeh-sholehah’, tetapi lebih dari itu. Sedikit sekali yang bisa Bunda berikan untuk kalian, namun yakinlah kalian telah memberikan sesuatu yang banyak dan berharga untuk Bunda. Selamat berada di kelas baru ya. Anak-anak yang baru, si mungil-mungil, wah…akan aku apakan mereka nanti ? Masuk ke dunia si kecil dan bermain dengan pikiran mereka ^,^

Tentang Meliana Aryuni

Seorang yang mencoba menciptakan makna hidup dari lika-liku kehidupan melalui tulisan.
Pos ini dipublikasikan di Isi Hatiku, Pernik Sekolah. Tandai permalink.

16 Balasan ke Hari Pertama Sekolah ^^

  1. 😀
    semoga mereka menjadi generasi penerus yang bekualitas

    Suka

  2. kawanlama95 berkata:

    Mengingat nama adalah hal yang pertama , menangkap kesan yang spontan sebuah tehnik menilai sikap, memperbaiki dari sikap dari apa yang dikritisi adalah sebuah yang perlu kalo itu membuat senang.

    Hmm sebuah perenungan bagi saya yang belum pumya anak. Dengan guru yang cerdas dalam mendidik aku yakin , sholeh dan sholehah itu bukan hanya slogan. Namun apakah diluar sekolah bisa ,mendapatkan pendidikan yang baik. semoga dirumahpun mendapatkannya. amien lalu apakah diluar rumah dan di luar sekolah mendapatkan pengaruh yang baik.Inilah PRnya.Salam sukses

    Suka

    • melianaaryuni berkata:

      Salam sukses kembali, Pak….
      Klo saya, mengingat nama itu hal yg kesekian, kalau kita sudah memiliki kesan terhadap esuatu…nama bendanya pun akan segera kita ingat….Insya Allah sholeh dan sholehah itu bukan slogan,Pak tapi cita-cita yang harus diwujudkan dalam kenyataan. Pendidikan yang baik bukan hanya di sekolah, di rumah, dan lingkungan sekitarnya pun harus mendukung….

      Suka

  3. Naufal agam berkata:

    Salam kenal bu guru 🙂

    Suka

  4. dreesc berkata:

    dree jalan2… pagi…

    hmmm…. udah mulei sekolah yak…. selamat mengajar kembali bu guru….

    Suka

  5. kang ian berkata:

    yang jadi guru ^^ hehe ..banyak ya suka dukanya 😀 semangat y bun xixi

    Suka

  6. Ariyanti berkata:

    sepertinya asyik ya jd guru… banyak pengalaman serunya, jd pengen mencoba jg

    Suka

  7. duniaku berkata:

    salam kenal bu guru 😀 lebih menantang ngajar dikelas rendah keknya 😀

    Suka

  8. didot berkata:

    ah menyenangkan bisa bersama anak kecil….

    aku suka jiwa2 yg masih lugu dan polos 🙂

    Suka

Terima kasih atas masukannya, semoga tulisan disini bermanfaat ya :)