Memutuskan Sesuatu…

Suatu pagi seorang anak mendekati mejaku, dengan sedikit berbisik dia berkata,” Bunda, aku mau pindah.” Kata-kata itu berhenti,sejenak kulihat wajahnya. Wajah yang selalu membuatku selalu menyebut-nyebut namanya setiap hari. Ada yang nanya nggak ya kenapa aku selalu menyebut nama si anak ❓ Dia menunduk.
“Emang kenapa? Mau pindah ya? Mau pindah kemana?” Aku menghentikan kegiatanku, yang dari tadi membaca tugas anak.
“Papa kan pindah tugas, kalau nggak ke sini,ke….(dia menyebutkan tempat yang menjadi tujuan kepindahannya).
“Tapi suka kan pindah, nggak ketemu sama Bunda lagi?”
Dia tidak menjawab, hanya menggeleng lalu berlari dari hadapanku. Kemudian di kembali lagi ke mejaku.
“Nggak,Bunda…”
Sambil tersenyum, aku berkata,” Ah, pasti suka kalau nggak ketemu Bunda lagi, iya kan ?”
” Nggak…,” dia pun berlalu.

Perpisahan itu sungguh tidak mengenakkan meskipun berjumpa hanya sebentar, namun hati dan perasaan sudah terikat dengan kasih dan sayang.

Tadi si anak menangis, aku membuatnya menangis. Aturan yang ditetapkan sekolah harus aku lakukan, mau tidak mau, meskipun membuat anak itu menangis. Matanya sudah memerah. Dia mencoba untuk mempertahankan diri akan perbuatan yang dilakukannya. Sebenarnya perbuatan itu bukanlah perbuatan yang tidak terpuji, hanya perbuatan yang melanggar aturan saja. Dia membawa kamera. Kamera yang dibawa pun bukan kamera yang murahan, kamera mahal merk SONY. Cantik betul kameranya. Kalau dia tidak mengaku membawa kamera, aku tidak akan pernah tahu kalau dia akan membawanya. Ya, si anak memang polos. Dengan wajah berseri dia mengatakannya kepadaku. Belum ada yang melanggar peraturan ‘Tidak dibolehkan membawa barang elektronik ke sekolah. Kalau mau membawa barang itu, silahkan orang tuanya meminta surat ke kantor dan mengisinya. Surat itu lalu diberikan kepada guru kelasnya.’ Aku biarkan matanya memerah.
“Bunda kan sudah bilang nggak boleh bawa kamera. Lho kok masih dibawa. Kalau Bunda bolehkan, ntar yang lain ikut-ikutan.” Dia berlalu dari hadapanku menuju loker mengambil buku pelajaran. Dia kembali lagi ke mejaku dengan mata yang sudah memerah dan air mata sudah terlihat di pelupuk mata.
” Bunda, ntar Bunda yang pegang, waktu pulang aku ambil lagi.”
“Nggak ah, ntar Bunda sms mama aja. Mama aja yang ngambilnya sama Bunda.”
Dia pergi ke loker lagi dan kembali kepadaku.
“Plis,Bun. Mama tuh lagi sibuk dengan kegiatan darma wanita. Ya, benar Bunda, aku nggak bawa lagi.”
Aku tinggalkan semua perasaan dilema, melihat tangis yang mulai terlihat di matanya.
” Iya, Bunda tahu….Ntar Bunda sms mama ya.”

Nak, tahu nggak…. Ada hal yang sebenarnya tidak ingin Bunda lakukan, tapi Bunda harus melakukannya. Pemberian keputusan itu telah melewati pemikiran, bukan hanya langsung memutuskan saja. Ada pertimbangan kebaikan atau keburukan jika Bunda sudah memutuskan sesuatu. Itulah sedikit perhatian Bunda untuk kalian bahwa tidak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan. Tidak semua yang kita sukai akan disukai oleh orang lain juga.

Jadilah generasi yang terbaik. Doa Bunda untuk kesuksesan kalian. ^_^

Tentang Meliana Aryuni

Seorang yang mencoba menciptakan makna hidup dari lika-liku kehidupan melalui tulisan.
Pos ini dipublikasikan di Pernik Sekolah. Tandai permalink.

42 Balasan ke Memutuskan Sesuatu…

  1. Asop berkata:

    Semoga generasi anak itu menjadi generasi penerus yang lebih baik dari generasi saat ini. 🙂

    Suka

  2. Ifan Jayadi berkata:

    Susah2 gampang memang mendidik anak agar bisa memahami bahwa dlm hidup tidak semua bisa didapatkan. Ada hal yang harus dikorbankan dari semua itu

    Suka

  3. didot berkata:

    mengajari anak kecil memang kadang butuh mengenyampingkan rasa kasihan,karena kita sedang mengajari mereka sesuatu yg kita anggap penting untuk mereka kelak,yaitu sikap 🙂

    Suka

  4. yanrmhd berkata:

    semoga anak itu bisa mengerti ya, kalau yang dilakukan bunda Meli’ adalah demi kebaikannya…

    semoga anak2 itu tumbuh dan berkembang menjadi tunas bangsa, harapan yang cemerlang buat masa depan,, ^_^

    Suka

    • Meliana Aryuni berkata:

      Iya, tadi udah dijelasin berdua aja. Alhamdulillah si anak adalah anak yang sholeh, dia mengerti mengapa saya melarang. Kameranya pun udah dikembalikan sebelum pulang sekolah sambil dibilangin,”Ntar nggak boleh lagi bawa kamera ya. Janji?” Dia pun berjanji,”Iya, Bunda. Aku janji 🙂 “

      Suka

  5. setitikharapan berkata:

    Mbak mel emang guru yang baik, bisa memposisikan diri dan tegas terhadap aturan. Saluut..

    Suka

  6. rumahsehatafiat berkata:

    memutuskan dengan sebuah kebijakan. sungguh hal yang patut ditiru. semoga.salam sehat selalu

    Suka

  7. dreesc berkata:

    ternyata tugas guru memang berat yah…….

    Suka

  8. hanyanulis berkata:

    Ada hal2 yang menurut prespektif orang tua itu baik tapi dalam peneriumaannya dalam sudut pandang anak, sering terjadi hal yang kontrakdiktif malah 🙂

    Suka

  9. Kakaakin berkata:

    Berat juga untuk tetap konsisten ya… 🙂
    Setuju banget, Mel…penerapan peraturan harus adil dan memang sesuai dengan yang telah disepakati 🙂

    Suka

  10. adizone23 berkata:

    ya… we have to choose
    baik dan buruk adalah resiko…

    Suka

  11. skbjepara berkata:

    Pengalaman yg menarik bu guru. kalau pendidikan non formal tantangannya lain lagu bu. Salam kenal dari saya http://skbjepara.wordpress.com

    Suka

  12. alisnaik berkata:

    selamat pagi.

    mencoba untuk menegakkan peraturan secara lemah lembut.
    yeach! mantab.

    terima kasih dan mohon maaf 😮

    Suka

  13. rainbroccoli berkata:

    Sayang dengan tegas dan tegas dengan sayang..
    Anak jaman sekarang memang cenderung perlu pendekatan pribadi yang lebih dalam berkomunikasi..

    Nice posting Bunda..
    Salam kenal ya..
    Jangan lupa, ditunggu kunjungan baliknya bunda…
    🙂

    Suka

  14. sunflo berkata:

    keputusan yg pahit bukan berarti kita ga sayang ya mell, justru itu rasa sayang kita pada mereka… ^^

    Suka

  15. rose berkata:

    semoga Allah memberikan semangat dan istiqamah pada mbak utk mendidik generasi rabbani… aaamiin

    Suka

  16. ocekojiro berkata:

    Kasihan juga yaa…
    Siapa tahu dia mau merekam kebrutalan gurunya disekolah… Seperti yg dia lihat di tayangan televisi.
    Ha ha ha…. Bercanda bundaaa…!!

    Suka

  17. kang ian berkata:

    memang mengajari anak itu butuh kesabaran,,
    dibiarkan saja..maka si anak akan terus2an berbuat seperti itu..
    tapi kalau di tegur ada sesuatu yang akan merasa sakit dihatinya..^^
    selamat y sudah menjadi bunda yang baik dan tegas buat anak2 didiknya
    salam kenal

    Suka

  18. Nanang berkata:

    Mbak Mel kok bisa sebijak itu ya? pantas kalau murid-muridnya tidak bisa melupakan.
    Ada award untukmu Mbak!

    Suka

  19. julianusginting berkata:

    terkadang didikan emang harus disiplin kita ingin mereka menjadi anak-anak penerus bangsa yang kuat mentalnya,,,salam kenal dari saya

    Suka

  20. unique font berkata:

    saya setuju!

    Suka

Tinggalkan Balasan ke didot Batalkan balasan