Menghukum

Bagaimana konsep menghukum?
Apakah dengan pecutan yang dilakukan seorang penunggang kepada kudanya?
Apakah dengan berdiri di tengah lapangan di siang hari?
Apakah dengan berdiri di depan kelas sampai jam pelajaran tiba?
Hmmm, untuk hukum-menghukum ini, aku masih ingat dengan seorang guru SD-ku yang akhirnya membuat aku tidak mau sekolah. Sebegitukah dampak menghukum yang salah ❓

Jawabannya adalah….Iya, menghukum berdampak pada anak di kemudian hari. Dulu waktu SD, usiaku belum juga 6 tahun, aku datang ke sekolah bersama dengan temanku, namanya Dendry. AKu masih ingat anak itu, putih, keturunan Medan dari marga Lubis. Aku melihat ketika aku hendak masuk ke kelas (aku terlambat waktu itu), Dendry yang duluan masuk, tanpa bertanya alasan mengapa kami terlambat, si ibu guru langsung mencubit pipi Dendry. Melihat temanku dicubit, aku ngabur pulang. Setelah sampai di rumah aku bilang,”Emak, aku nggak mau sekolah lagi !” Aku ceritakan semuanya. Akhirnya, hari pertamaku itu adalah akhir dari sekolahku untuk sementara waktu.

Apakah aku mengingat semua kenangan itu ❓
Iya, aku mengingatnya dan aku jadikan suatu acuan,” Aku tidak ingin menjadi pendidik yang membuat anak didiknya menjadi takut sekolah. Aku ingin mereka senang, nyaman bersekolah dan ketika berada di dekatku. Aku tidak ingin mereka membawa kenangan buruk tentang guru dan sekolahnya. Menjadi ilmu yang berkahkah kalau kita mengajar, tetapi tidak disukai.

Menghukum di saat perasaan/ suasana hati tidak baik adalah suatu yang tidak menguntungkan meskipun itu adalah penerapan disiplin. Karena permasalahan di rumah, pendidik mudah sekali meluapkan emosi negatifnya kepada siswa. Wah, celakalah siswa itu. Tanpa disadari pendidik itu, dia bukanlah pendidik yang baik. Bagi yang mudah emosi, aku sarankan bila ingin menghukum mintalah perlindungan kepada Allah dari godaan syaithan sehingga bukan nafsu yang hadir saat itu, tapi kebutuhan untuk memperbaiki kualitas akhlak. Cobalah untuk menyampaikan bahwa suasana hati kita memang sedang tidak bersahabat, ” Maaf ya,Nak. Bunda tadi sebel sekali”. Biasanya siswa akan memahami, mereka akan cenderung ‘tidak mengganggu’ (bagi yang biasanya hadir di dekat meja). Pengajaran bersikap pun mereka dapatkan.

Menghukum tidak serta merta fisik. Kalau hanya berdiri di dekat tiang bendera, ah, itu bukan zamannya lagi. Hukuman seperti itu sudah banyak ditinggalkan. Hukuman itu mestinya mendidik. Tidak pandai menetapkan hukuman atau hanya menggunakan hukuman fisik, tingkah laku negatif hanya hilang semu. Itu biasa karena takut dihukum. Oh, sulit juga memilih hukuman yang baik dan mendidik. Bagi sebagian anak, mendiamkan saja itu bukan hukuman.
“Oke, boleh aja nggak nyatet, tapi kalau dikasih latihan jawabannya betul semua. Kalau nggak betul, salin catatan teman!” Mengerti konsep, “Kalau aku melakukan ini, maka aku akan…” sebaiknya ditanamkan sejak dini sehingga anak didik pun tahu tanggung jawab beserta konsekuensi yang akan diterimanya jika tidak mampu memenuhi tanggung jawabnya.

Hukuman diberikan tidak secara langsung tanpa peringatan terlebih dahulu. Jika sudah diingatkan, tapi masih saja berbuat, tidak salah kalau hukuman, yang meskipun tidak disukai harus segera dilaksanakan. Memang menhukum bukanlah segalanya, hanya memberi efek jera. Kalau sudah jera, ngapain juga mau menghukum.

“Ya Allah, jauhkan kami dari kealfaan diri dari ketidaktahuan mendidik. Jadikan kami teladan yang benar-benar bisa diteladani dari seluruh sisi meski tidak akan menyamai Rosulullah. Ya, Rahiim, sayangilah kami dengan menjaga setiap amanah yang datang pada kami. Ya alim, berilah ilmu yang bermanfaat sehingga dengannya bekal kami bertambah. Ya Ghofur, maafkan semua kesalahan kami dalam mendidik, kekurangan kami mohon dijadikan kelebihan kami kelak di hadapan-Mu. Ya awalu wa akhiru….Awali dan akhiri setiap langkah kami dengan langkah-langkah yang baik. Aamiin.”

Tentang Meliana Aryuni

Seorang yang mencoba menciptakan makna hidup dari lika-liku kehidupan melalui tulisan.
Pos ini dipublikasikan di Artikel Psikologi, Nilai2 Islami, Pernik Sekolah. Tandai permalink.

22 Balasan ke Menghukum

  1. setiap pabrik yang mengeluarkan kendaraan pasti menyertakan pula buku pedoman nya…kalau pakai pedoman kendaraan lain pasti tidak cocok dan akhirnya terjadi kerusakan terutama pada mesinnya…

    bunda…kalau ada anak yang bandel dan suka bikin ulah dikelas hukuman apa yang paling cocok untuk mereka…

    kalau gurunya gemes dengan sianak karena bandelnya sudah kelewat batas apakah salah jika pakai sedikit sentuhan …

    Suka

    • Meliana Aryuni berkata:

      Kekerasan sbg hukuman bukan zamannya lg. Sebandel2nya anak, bisa disentuh hatinya. Saya tetap tidak setuju klo itu berbentuh sentuhan fisik yg kasar hanya krn buat ulah dan kita gemas aja….

      Suka

  2. ummumarwa berkata:

    Hukuman pada anak harus memenuhi syarat2-nya: usia anak >7 tahun, dan ada kesadaran dari anak bahwa ia telah melakukan kesalahan.
    Selain itu hanya khilaf dari pemberi hukuman yang semena-mena dan tidak memberi azaz manfaat buat sang anak.
    Salam… 🙂

    Suka

  3. setitikharapan berkata:

    Wah saya lama ndak kesini, jadi banyak keinggalan informasi menarik dari ibu guru. 😀
    Saya dulu pernah dihukum guru, terkadang hukuman itu tidak saya sukai sehingga akhirnya menimbulkan efek benci dan trauma. Jadi sebaiknya carilah hukuman yang arif dan bijak. Memberi efek jera tapi bermanfaat baginya.

    Suka

  4. mahesapandu berkata:

    konsep hukuman memang seyogya menanamkan peringatan akan pentingnya pada suatu tanggungjawab yang harus dilaksanakan. Mengenai jenis hukuman tentunya kita harus benar-benar memilih agar hukuman itu sifatnya tetap mendidik, dan membuat mereka sadar dengan kesalahan yang dilakukan. Yang jelas jangat sampai dengan hukuman yang kita tetapkan mereka menjadi takut, atau bahkan membenci kita. Saya setuju, bahwa hukuman usahakan tetap dengan menyentuh hati.

    Suka

  5. Meliana Aryuni berkata:

    Setujuuuuuuuu…….

    Suka

  6. darahbiroe berkata:

    hehe
    akuuu setujjju ajah dechhh
    untuk hukumanya
    karena bandel sichhh
    😀

    Suka

  7. Asop berkata:

    Iya… hukuman jamans sekarang harusnya mendidik, ya.. jangan pake fisik.. nyubit, nampar, mukul, nendang, pushup, situp, udah kayak atlet aja.. 😦
    Tergantung tingkat kesalahan kali ya, semisal buat anak SD yang terlambat, mungkin hukuman yang membuat jera (supaya ga terlambat lagi) adalah dengan menyuruh menulis kalimat “saya takut terlambat lagi” seribu kali di buku tulisnya. 😀

    Suka

  8. Berdebu berkata:

    Ya udah. . .Bersihin kamar mandi ja bu . . .
    He he. . . 😀

    Suka

  9. Nanang berkata:

    Hmm…kita sering tidak sabar menghadapi anak-anak. Sepertinya saya harus banyak belajar untuk menjadi orang tua.

    Suka

  10. yanrmhd berkata:

    yang penting jangan sampai hukuman itu mematahkan semangat anak, dan membuat cacat.

    jangan dilakukan dalam keadaan marah besar, meskipun harus ada hukuman fisik itupun dengan tangannya sendiri dan batasannya dari lutut ke bawah (bukan area penting) dan itu adalah usaha terakhir

    mungkin link ini bisa memberi tambahan:

    HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM oleh Nisa Islami

    Suka

  11. Kakaakin berkata:

    Yang paling kuingat saat SMA, ada guruku menendang salah seorang teman laki2 yang datang terlambat, saat itu aku juga terlambat. Kasihan banget dianya… dan aku dihukum lebih ringan, yaitu meminta nasehat dari semua guru kemudian dicatat 😦 Salahku juga karena datang terlambat 😦

    Suka

Terima kasih atas masukannya, semoga tulisan disini bermanfaat ya :)