Pameran Petik Sukses!

Alhamdulillah Petik (Pekan Tematik) 2009/2010 sudah sukses terselenggara. Tahun ini temanya kebudayaan Indonesia. Kelasku mendapat tema, Sumatera Barat (Padang), jadi kami sekelas mencoba membuat benda-benda khas dari daerah itu. Ikon yang telah melekat dari Sumatera Barat adalah rumah gadang. Rumah gadang adalah brand dari kelas ini.

Sebelum kegiatan dimulai, aku mendiskusikan apa saja yang akan kami buat selama sepekan ini untuk ditampilkan di pameran. Dalam seminggu, kami harus membuat beberapa benda khas Padang. Lewat diskusi dengan patnerku, ide-ide mulai bermunculan. Kadang ide itu datang dari patnerku, kadang anak-anak yang mengusulkan. Oh, iya, anak-anak juga diajak diskusi tentang barang yang akan dibuat. Mereka diminta untuk memikirkannya dan mengumpulkan informasi tentang Sumatera Barat dari orang tuanya atau internet sehingga informasi yang mereka peroleh itu sudah berbentuk kliping. Alhamdulillah, inisiatif mereka sungguh luar biasa.

Selama sepekan, 12-17 April 2010 anak tidak belajar, mereka hanya diminta berkreaktivitas dengan barang yang sudah tidak dipakai 9ada juga yang baru) dan bekerja sama dengan seluruh anggota kelas. Di hari pertama, tidak begitu banyak yang bisa dihasilkan, namun sudah terlihat. Anak membuat dua peta sebesar karton. Di kelompok lain, anak diminta membuat lambang daerah Sumatera Barat yang besar. Lambang yang kecil dibuat oleh beberapa orang siswa. Kelompok yang lain membuat kliping di atas karton hitam. Semuanya selesai di hari itu.

“Ustad, nanti kita bagi ya. Ustadz yang buat rumah gadang dan saya fokus ke bagian yang kecil-kecilnya,” kataku kepada patnerku.
” Begini, Bunda. Saya ada ide bla…bla…bla….”, katanya.
“Oke, saya setuju. Apa yang menurut Ustadz bagus dan bisa dibuat, ya kerjakan. Saya dukung !”
” Bunda, gimana nanti kita ganti plan-nya, kita nggak usah buat danau Maninjau, kayaknya nggak cukup waktunya.”
“Ustadz, kita coba dulu. Kalau nanti nggak bisa betul, ya kita nggak usah buat.”
Begitulah diskusi disela pembuatan pernak-pernik, yang kadang ditimpali anak.
“Ustadz, nanti kita buat ini ya. Bunda, nanti buat ini…itu….” usul beberapa orang anak. Sebenarnya ingin semua, tapi mungkin nggak ya ❓

Di akhir hari pertama, bangku sebagai bahan untuk membangun rumah gadang dan kursi sebagai bagian bahan pembuat jam gadang telah tersusun, tapi belum terlihat bentuknya.

Dihari kedua, anak diminta untuk membuat rumah gadang sebagai miniatur rumah, terbuat dari kertas yang telah dipola sehingga anak tinggal mewarnai rumah yang ada dan melipatnya sehingga menjadi bentuk rumah gadang. Rumah-rumah ini yang nantinya akan diletakkan di dekat gunung Singgalang sebagai rumah penduduk kota Bukit Tinggi. Setelah selesai, anak membuat pernik untuk menghiasi kelas. Pernik gantung yang menghiasi jendela kaca kelas. Mungkin pekerjaan ini membosankan untuk banyak anak karena dibutuhkan kesabaran.

Hari ketiga, dengan pembuatan pernik yang berbeda. Aku nggak akan memperbaiki dulu barang yang telah dibuat di hari pertama. Hari kedua yang harus difokuskan. Hari ini, anak-anak diminta membuat alat musik (saluang, talempong) dan senjata tradisional (karih), itu bagian anak akhwat. Anak ikhwan diminta membantu patnerku mengecat, mengelupas bagian keras kardus untuk dibuat atap. Saluang (dari karton padi/ bambu), karih (dari karton padi), dan talempong (kardus bekas) telah jadi, namun anak ikhwan tidak telaten dalam menyelesaikan tanggung jawabnya sehingga hanya separuh kardus yang bisa dijadikan atap. Sebagian anak akhwat yang lain membuat tulisan yang berisi hadits untuk dijadikan souvenir.

Pekan tematik ini hanya diikuti oleh siswa kelas I-V saja. Kelas VI sudah difokuskan pada ujian nasional, mereka melakukan TO di kelas. Setelah selesai TO, rombongan kelas VI mencoba membantu adik kelasnya.
“Bunda, kami mau yang kayak gini lagi. Stres kami di kelas terus,” kata Jombang.
“Iya, bantulah kelas Bunda ya. Jombang kan pandai tuh buat-buat yang kayak gini. Kan Jombang juga dari Padang,” kataku.
Setelah Jombang, mulai bermunculan anak-anak kelas VI yang lain, Galuh, Dimas, Arief. Mereka semua mengeluarkan idenya.
“Bang, nanti bantu Ustadznya aja ya. Iya, gimana kalau Jombang bantu buat jam gadangnya aja. Rumah gadangnya biar Ustadz aja,” kataku. Alhamdulillah Jombang dan Galuh setuju. Mereka sebagai arsistek jam gadang itu. Bergegas mereka melakukan perbaikan, jam gadang yang semula hanya berupa susunan kursi kini sudah sebagian tertutup oleh karton putih.
“Galuh terlihat berpikir. Dikelilinginya jam itu.
“Oh, Bun, nanti buat atapnya gimana?”
Jombang yang dari tadi berpikir langsung mengambil kardus dan…
“Gini aja ya,Bun atapnya?” Tunjuknya padaku.
” Bagus Jombang, Galuh. Kayaknya Bunda serahkan jam gadang ini pada kalian berdua ya! Kalianlah arsisteknya !” Patnerku melihat ke arah jam itu dan berkata,” Iya, semangat!”

Image and video hosting by TinyPic

Di hari keempat, seorang guru olah raga (namanya sama seperti nama patnerku) telah siap membantu. Kolaborasi dua Adi. Hebat, kerja sama mereka baik. Adi ke-2 telah bergerak cepat. Beliau membantu membuat rumah gadang. Oh, iya, pondasi awal yang dibuat patnerku sebelumnya pernah roboh, tapi alhamdulillah semuanya bisa diatasi. Anak-anak ikhwan mengecat dinding rumah. Nah, ini yang mereka sukai. Di akhir hari ke-4 Galuh dan Jombang mengeluarkan ide-ide kembali untuk membuat gunung Singgalang. Terwujud! Mereka lalu membuat kota di sekitar lereng gunung. Alhamdulillah jadi.

Hari kelima tahap finishing. Siswa yang akhwat membuat hiasan meja dan membuat tambua/tambur (alat musik yang serupa beduk kecil) dari karton padi dan kardus besar. Aku mengajak mereka berpikir dengan memperlihatkan contohnya pada gambar dan memberi bahan untuk membuatnya. Sebagian anak sempat putus asa lalu aku tunjukkan caranya. Di tengah pembuatan aku bingung, lalu aku meminta saran dari siswa. Tenyata saran mereka memang keren. Satu tambua telah kami buat. Sayangnya tambua yang satunya tidak diselesaikan, akhirnya tambua itu terdampar di mejaku. Aku belum mau merenovasi.
Bantuan datang lagi, guru olah raga yang baru pun ikut membantu, Ustadz Weter sudah siap membantu membuat danau Maninjau. Beliau dibantu oleh Unstad Adi ke-2 yang masih tetap bersama kami. Mereka gunakan kertas koran dan kertas semen yang dican berwarna- hitam dan biru.

Sebelum anak-anak pulang,
“Nak, besok bawa makanan khas Padang ya (bisa rendang, keripik sanjai). Nanti kalian makan sama-sama di kelas setelah pengunjung nggak ada lagi. Ntar, yang ikhwan pake baju koko aja dan yang akhwat kalau nggak ada baju kuru pake baju muslimah aja.”
” Bunda, boleh nggak bawa sate Padang ?” Kata Razka.
” Boleh.”
” Nasi kapau, Bunda?”
“Boleh,” kataku.
Setelah berbenah, aku kuliah dulu (2 kali presentasi). Satu mata kuliah kutinggalkan, aku harap aku tidak menzholimi patnerku. Aku takut karena amanah itu sebenarnya banyak untukku bukan patnerku. Aku ke sekolah kembali, danau Maninjau telah jadi dengan bukit barisan yang mengelilinginya. Aku menyelesaikan tambua dan membereskan kembali kelas. Alhamdulillah, selesai juga meskipun aku membawa sedikit PR, yaitu mencari artikel tentang rumah gadang dan jam gadang.
Semua sudah rapi. Mading telah tersusun dengan rapi di loker-loker anak dengan hiasan orange, biru, dan merah. Jam gadang sudah terbungkus dengan kertas timah emas, beratap karton hitam, dengan hiasan kertas krep merah. Cantik dan besar ! Jam gadang telah berdiri dengan gagahnya di 4 penjuru mata angin. Pemukiman penduduk di lereng gunung Singgalang telah banyak dengan pohon-pohon yang telah dibuat anak di hari ke-5. Topi telah tersusun di sisi kiri kelas. Semua sudah siap untuk besok!

Hari keenam, pameran !
Banyak sekali yang berkunjung. Anak-anak antusias dengan kegiatan ini, Farah memakai baju adat, cantik. Firial membawa tape besar dan kasetnya. Anak-anak membawa makanan. Keripik sanjai sudah diatur sebagai makanan untuk dinikmati pengunjung. Ada yang lucu, ulah patnerku….Di danau ada ikat tempalo, tapi berenangnya bukan di danau malah di botol aqua.

Image and video hosting by TinyPic

Durian Medan

Image and video hosting by TinyPic

NB:
Kegiatan ini selalu menciptakan suasana yang berbeda. Terlihat sekali karakter anak, yang hanya bisa komentar tapi tidak banyak bertindak, yang kerja samanya bagus. Oh, komplet. Disinilah semuanya teruji!

Terima kasih kepada semua anak2 Bunda dan seluruh guru yang terlibat dalam kegiatan ini. Sukses untuk kita!

Gambar dari kelas lain :
Rumah Suku Dayak

Topi Dayak

Baju Adat Pontianak

Takuban Perahu Jabar

Lagi asyik nih…

Candi dari botol aqua

Image and video hosting by TinyPic

Tentang Meliana Aryuni

Seorang yang mencoba menciptakan makna hidup dari lika-liku kehidupan melalui tulisan.
Pos ini dipublikasikan di Pernik Sekolah. Tandai permalink.

38 Balasan ke Pameran Petik Sukses!

  1. didot berkata:

    ah pasti gurunya bahagia sekali dengan hasil yg didapat dari acara ini ,sampai panjang lebar bercerita tentang pamerannya 🙂

    foto2nya gak ada mbak mel?? 😀

    Suka

  2. fikri oslami berkata:

    Sukses ya acaranya, siapa dulu bundanya, Meliana Aryuni, S.Psi… :))
    jadi kangen jadi seorang pendidik lagi, suatu saat pasti saya akan kembali ke habitat asli saya…. 🙂

    Suka

    • melianaaryuni berkata:

      Semua karena kerja sama, klo saya sendiri…mungkin pamerannya ga sukses. Apa bisa kembali lg, kan dah mantep disana. Buat sekolah aja….
      Kmrn, sayang ya nggak ngeliat langsung….Dari dekat lebih bagus kyknya….

      Suka

  3. ruhindo berkata:

    budaya jawa ( keraton surakarta hadiningrat ) kok ngak ada…? padahal tuh bersejarah banget lho…dari solo perubahan perubahan nasional bermulai…dari sarikat dagang islam , gerakan nasional pendobrak penjajahan sampai reformasi, kota kecil ini menjadi barometernya…… hot news …..solo akan diusulkan menjadi daerah istimewa sebagai propinsi tersendiri.

    ntar kalau ada petik lagi…solo dipetik juga ya…banyak kekhasannya lho……ada batik, timlo, gamelan, joglo, dokar, dan tempat tempat sejarah mudah ditemui diberbagai sudut kota….

    Suka

  4. angger berkata:

    selamat pagi sahabat

    Suka

  5. IFAN JAYADI berkata:

    Nusantara memang terkenal dengan keanekaragam budayanya. Patut untuk dikembangkan dan yang terpenting dilestarikan hingga bisa dinikmati generasi yang akan datang.

    Suka

  6. IFAN JAYADI berkata:

    Indonesia memang kaya dengan keanekaragam budaya. Patut untuk dikembangkan dan yang terpenting terus melestarikannya agar bisa dinikmasi generasi yang akan datang

    Suka

  7. mahesapandu berkata:

    Klo kerja bareng-bareng kayak gitu pasti suasananya ngangenin. Tp bener lho, karakter anak jadi keliatan, bagi pendidik jelas penting banget mengenali karakter anak.

    Suka

  8. hanyanulis berkata:

    Koq gambarnya ukurannya kecilk mbak, size nya kurang lebih besaran dikit, biar lebih interest. Keren neh, tulisannya….

    Suka

  9. Kakaakin berkata:

    Hehe… rumah adat dayaknya cantik banget ukirannya 🙂

    Suka

  10. Nanang berkata:

    Bu guru habis ada kegiatan dan tugas ya? Tapi sekarang sdh selesai ya? Sekedar mengenalkan blog baru yang kini saya pakai nih bu!

    Suka

  11. BENY KADIR berkata:

    Selamat dan sukses utk kegiatannya,Bu Mel.
    Bundanya pasti bahagian,ketika anak2nya berkreasi.

    Cinta keanekaragaman budaya nusantara perlu ditanamkan dlm diri anak2 kita.

    Suka

  12. setitikharapan berkata:

    Wah cantik-cantik kreasinya. Tapi ada cara lebih praktis mbak mel. Mo buat rumah gadang, pesen ma bundo nakjadimande, mau pakaian dayak pesen siakin, mo danau toba pesen ma saya. 😀
    Just kidding.
    Salut untuk kreasinya.

    Suka

  13. Ping balik: Berbagi Kesegaran Musim Semi « Try 2B cool 'n smart…

  14. sunarnosahlan berkata:

    wah teknik pembelajaran yang amat menyenangkan tentunya

    Suka

  15. Asop berkata:

    Wah, acaranya sepertinya menarik. 🙂

    Suka

  16. Nanang berkata:

    Assalamu’alaikum, selamat sore Bu, saya coba mengakses websitenya tapi tidak bisa diakses kenapa ya? apa masih dipakai?

    Suka

Terima kasih atas masukannya, semoga tulisan disini bermanfaat ya :)