Bermainnya Anak-Anak

“Kok cepet sekali keluarnya sih? Belum juga setengah jam?” Kataku kepada seorang siswa. Tahu nggak apa yang mereka lakukan setelah mengumpulkan ulangan itu? Mereka buru-buru melemparkan bola ke lapangan. Mereka berebut lapangan sekolah.

Lapangan bagi anak-anak adalah sentra untuk bermain. Sebesar apa lapangan yang ada, tetap saja kurang bagi mereka. Sekolahku memiliki lapangan yang lumayan besar, tetapi selalu saja tidak cukup. Masa bermain anak-anak membuat mereka terus berpikir untuk bermain dan hampir saja mereka tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar.

Bagi anak laki-laki, lapangan sepak bola adalah segalanya. Mereka bisa menggunakan lapangan untuk berbagai kegiatan, tetapi lapangan di sekolahku biasanya digunakan untuk sepak bola, bulu tangkis, dan basket. Akhwat tidak begitu menggunakan lapangan untuk tempat bermain. Mereka hanya butuh teras dan kelas. Disanalah mereka berkreasi dalam segala kegiatan.

Anak laki-laki biasanya bermain dengan mengeluarkan energi. Jika permainan itu tidak menggeluarkan keringat, bagi mereka itu bukanlah main. Main membuat mereka bersemangat. Main juga membuat mereka mengembangkan potensi fisik. Perbedaan jenis permainan antara anak wanita dan laki-laki inilah yang akhirnya menentukan tipe kecerdasan yang mereka miliki.

Biasanya, anak wanita akan bermain tebak-tebakan, bentengan, kartu Uno, kejar-kejaran, dan guru-guruan. Nanti akan terlihat anak yang tertawa, senyum-senyum sendiri, atau manyun. Semuanya komplit. Tak ada larangan dalam bermain, tetapi semuanya akan dilarang jika ada keributan di antara mereka.

Masa sekolah adalah masa bermain dan belajar, namun banyak anak yang melihat masa ini sebagai masa bermain saja padahal anak-anak sudah dibentuk untuk mengikuti aturan dan belajar bersosialisasi dengan sesama. Bekal sosialisasi inilah yang akan mereka gunakan jika mereka dewasa nanti.

Penerimaan seorang anak pada kelompoknya membawa penerimaan dirinya sendiri. Anak yang tidak memiliki teman, akan terlihat pada saat semua anak bermain. Biasanya, anak tersebut adalah anak yang tidak memiliki kepercayaan diri. Dia takut tidak bisa bergaul baik dengan temannya sehingga dia akan diam. Dia membiarkan dirinya bermain sendiri. Hal ini bisa berakibat tidak baik dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya.

Tentang Meliana Aryuni

Seorang yang mencoba menciptakan makna hidup dari lika-liku kehidupan melalui tulisan.
Pos ini dipublikasikan di Pernik Sekolah. Tandai permalink.

16 Balasan ke Bermainnya Anak-Anak

  1. Raziel berkata:

    anak2…. begitu lugunya jiwa mereka,ingin saya kembali berjiwa lugu seperti mereka kembali ,agar mempunyai hati yg bersih untuk kembali kepadaNYA 🙂

    Suka

  2. abu ahmad berkata:

    dulu kita anak anak sekarang suasana itu masih hangat terngiang ditelinga, sekian banyak kenangan bahkan sebagian mainan masih tersimpan….begitu indah masa itu….tiada hari tanpa bermain….dibelahan dunia mana pun sama… mereka selalu ceria, kecuali didaerah konflik….anak anak direngut kebahagiaannya dengan paksa….mereka harus bermain dengan senjata…kejar kejaran mereka dengan para tentara…sungguh hati kecil mereka ingin berkata…damailah dunia…biar aku bisa seperti yang lainnya….

    Suka

  3. Abu Ghalib berkata:

    itulah tantangan buat orang tua dan guru selaku penanggung jawab pendidikan bagi anak2
    saat ini banyak lembaga pendidikan yang membuat terobosan baru tentang sistim pendidikan yg baik bagi anak2
    diantaranya adalah bermain sambil belajar

    salam kenal 😀

    Suka

    • melianaaryuni berkata:

      Terobosan dan inovasi itu sedang berlangsung….Sekarang sudah mulai penerapan menyanyi dalam menyampaikan materi, mencari jejak dalam denah, dan sebagainya….

      Salam kenal kembali,Pak….

      Suka

  4. Kang Abid berkata:

    mengingatkan ane masa anak-anak dulu…
    hmm.. menyenangkan jadi anak-anak… bermain bersama teman-teman, tidut ditemani ibu, disayang tetangga-tetangga…
    hmm..

    salam.

    Suka

  5. didot berkata:

    Anak bagaikan buku tulis yang kosong,mau ditulis apa tergantung orang tua dan lingkungannya…
    semoga Allah memberi petunjuk kepada anak2 di lingkungan sekitar kita 🙂

    Suka

  6. darahbiroe berkata:

    beguitulah anak2
    ceriah dan periang,,,
    kepolosan dan keluguanya he

    berkunjung dan ditunggu kunjungan baliknya
    makasih
    😀

    Suka

  7. Kakaakin berkata:

    Jadi ingat dulu sering main tali karet 🙂

    Suka

  8. Kakaakin berkata:

    Dulu waktu aku SD, ada teman yang minder, kurang berteman dengan yang lainnya. Ternyata karena dia punya penyakit, congean.
    Teman2 yang lainpun malas berteman dengan dia 😦

    Suka

  9. saya jg sewaktu SMA dan SMP sering bgt bermain bola dilapangan sekolah.. bagi pria klo bukan main sepak bola namannya bukan main.. bahkan yg kerepotan gurunnya krn banyak siswa yg gak fokus ma belajarnya..haha.. tp itulah masa-masa indah setiap orng klo masa2 SMA, bermain dgn penuh keceriaan.. 😀

    Suka

Terima kasih atas masukannya, semoga tulisan disini bermanfaat ya :)