Pokoknya Aku Mau Bertanya !

Seorang anak sedang duduk di kursi kelas. Mata menerawang melihat guru yang sedang mengajar. Apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh sang anak, si guru tidak mengetahuinya. Dalam hati sang guru bingung dan penuh tanda tanya padahal sebelumnya dia tidak pernah melihat anak tersebut berperilaku seperti itu. Sudahlah, dia coba untuk menegur tetapi tidak mencoba untuk bertanya lebih dalam.

Hati itu tidak bisa dibohongi, sang guru merasa gelisah dengan perilaku anak yang tidak biasa itu. Dia mencoba untuk mengatasi kegelisahan itu. Dipanggilnya si anak lalu dia bertanya. Akhirnya dia tahu bahwa anak itu baru pertama kali dimarah oleh ayahnya.

Kesalahan adalah kalau hatimu merasa gelisah. Saat itu yang harus kamu atau saya lakukan adalah bertanya apa yang membuat kita gelisah. Pasti ada yang salah atau pasti ada yang kurang sehingga kita memerlukan suatu tindakan yang dinamakan bertanya.

Buatlah pertanyaan penting, yang memang harus dipertanyakan. Jangan buat pertanyan menguji karena tidak ada gunanya. Tanyakan apa yang ingin kita ketahui, bukan pertanyaan yang sudah kita ketahui. Tanyakanlah suatu pertanyaan yang mengukuhkan, bukan pertanyaan yang melemahkan.

Tanyakan hatimu apa yang salah. Pelan-pelan semuanya akan terjawab bahwa karena ‘itu’ atau ‘ini’, aku menjadi gelisah. Setelah tahu apa yang membuat gelisah. Bertindaklah secepat mungkin, atasi kegelisahan itu sehingga gelisah hatimu tidak akan berlarut-larut. Jika itu berhubungan dengan manusia, coba tanyakan langsung. Ketakutan menyakiti hati atau orang lain tersinggung biasanya seringkali hadir jika kita hendak menyatakannya, tetapi kalau tidak dinyatakan kita sendirilah yang akhirnya mengalami kerugian. Setidaknya kerugian perasaan. Bertanyalah sebelum menyesal di kemudian hari.

Biasanya kalau kita telah menyatakan apa yang menyebabkan kita  gelisah, kegelisahan itu akan sirna. Lega rasanya. Hitung-hitung bertanya sebagai bagian dari benteng diri untuk menghadapi persoalan-persoalan hati/jiwa.

Ungkapkan apa yang harus diungkapkan karena penyesalan selalu datang belakangan. Sebelum menyesal bertindaklah karena kalau sudah terlanjur jadi bubur, tidak akan bisa diubah kembali menjadi nasi, apa lagi menjadi nasi goreng 🙂

Penyesalan selalu datang terlambat, waktu telah berlalu. Semua sudah dipersiapkan keluarga. Pembicaraan antara dua keluarga telah terjadi dan telah disepakati. Gadis itu hanya diam. Orang di sekelilingnya pun menyangka bahwa diamnya adalah setujunya si gadis atas kesepakatan dua keluarga. Setelah semua pulang, si gadis pergi ke kamar dan menangis sejadi-jadinya.

” Mengapa tadi aku tidak bicara ! Ya, Allah…mengapa lidahku keluh untuk menyatakan ‘ketidaksediaanku’ ! Ampuni aku ya Allah….Kalau sekarang aku nyatakan, banyak yang akan kecewa. Banyak yang akan tersakiti. Apa aku harus menanggungnya sendiri. Sudahlah, aku pasrah !”

Kejadian ini benar-benar terjadi pada temanku.

” Coba kemarin kamu nyatakan, semua tidak akan terjadi.”