Pasar…Rame…Ayo,belilah !

Suasana di depan kelas IV gaduh layaknya suasana di pasar sebab selama dua hari ini anak-anak memraktekkan materi pelajaran pasar dan kegiatan jual beli. Wuih, kalau dilihat, antusias dari anak tak kalah dari antusias guru di sekolahku 😆 Ya….ternyata gaung pasar ini terdengar sampai ke wali siswa kelas 1-2 begitu pun dengan sopir antar jemput. Pokoknya, setiap istirahat anak-anak ikhwan tidak lagi main bola. Mereka sibuk menawarkan barang dagangannya.

Sayangnya, anak-anak tidak diberi pengertian dulu oleh orang tuanya tentang penjualan barang. Mereka menjual dengan harga yang jauh dari harga modal.

“Ini harganya berapa ?” Tanya seorang pembeli.

“Dua ribu aja,” jawab si penjual.

” Lima ribu lima ya,” tawarnya langsung mengambil barangnya dan memberi uang untuk sekotak susu. Wajah anak sumringah karena telah mendapatkan selembar uang lima ribu, namun sesungguhnya si anak rugi besar.

Dalam sekejap anak yang berjualan puding lengkap dengan susu menyelesaikan prakteknya. Ada yang berapa kali istirahat, anak belum mendapatkan hasil. Mereka hanya menunggu pembeli, sebagian yang lain berusaha menawarkan barang dagangannya ke kelas-kelas, termasuk pada gurunya.

Pengenalan tentang berdagang dan seluk-beluknya dalam praktek pasar kali ini membuka mata anak bahwa mencari uang itu tidaklah mudah.

Oh, iya, sebelum pulang kemarin, beberapa anak menolak pembagian hasil perdagangan mereka. Yang memiliki modal lebih banyak mendapatkan uang yang sama banyaknya dengan yang bermodal sedikit 😆  Akhirnya aku berusaha menengahi mereka sambil menjelaskan sistem berdagang dan bagi hasil.

” Ya,Nak, Nggak bisalah yang modalnya sedikit mau dapet banyak, sama seperti yang bermodal banyak. Oke, sekarang Bunda tanya….(aku mulai menanyakan apa saja yang laku di hari pertama dari tiap anak di kelompok itu). Nah, ini uangnya,” kuberikan uang itu kepada tiap anak meski muka anak itu tidak menunjukan kerelaan. Aku panggil lagi mereka. Kuambil kertas dan pena. Aku persilahkan mereka menuliskan barang dan harga yang terjual. Ternyata aku yang salah hitung, akhirnya uang yang dari salah satu kelompok itu dikembalikan lagi. Sudah, sekarang masalahnya selesai. Nggak ada lagi yang merasa dirugikan,” aku mengakhirinya.

Setelah sholat Ashar, ustadz Adi, patnerku menjelaskan bahwa bermuamalah/ jual beli itu berdasarkan kerelaan masing-masing, maka dibolehkan menaikkan harga barang asalkan dipikirkan kelogisannya, bakal laku/tidak.

Banyak evaluasi dari pasar anak ini :

  1. Anak harus dijelaskan lagi bagaimana proses tawar menawar yang baik sehingga mereka tidak rugi atau bangkrut.
  2. Dibandingkan tahun ini, tahun kemarin barang yang dijual lebih variatif. Tahun ini banyak anak yang menjual snack/makanan….Aku kan pengen beli yang lain….lho kok mikirin keinginan aku seh 😳
  3. Buat pembeli yang berbudi (apa aku berbudi ya soal tawar menawar kemarin ❓  ), perhatikan nasib penjual juga dong. Mereka juga butuh makan *doh*  “Pedagang kali ini beda, Teman,” sahut sosok bayang-bayang.
  4. Kesadaran anak untuk menjaga barang milik sendiri belum terarah dengan baik padahal seringkali diingatkan bahwa barang sendiri, dijaga sendiri.
  5. Suasana belajar pun agak kacau, mereka terpikir untuk berjualan. ” Bunda, nanti beli barang jualanan kami ya,” pinta seorang anak di saat belajar. Insya Allah, itulah jawabku.
  6. Banyak pembeli membeli barang yang tak diketahui manfaatnya.” Belilah dulu, nantilah mikirin manfaatnya. Ini toh cuma dua hari ni juga.” Prioritas dan kemanfaatan barang sudah ditinggalkan.

Tentang Meliana Aryuni

Seorang yang mencoba menciptakan makna hidup dari lika-liku kehidupan melalui tulisan.
Pos ini dipublikasikan di Pernik Sekolah. Tandai permalink.

31 Balasan ke Pasar…Rame…Ayo,belilah !

  1. kawanlama95 berkata:

    wah simulasi yang bagus untuk melatih jiwa berwirausaha

    Suka

  2. sunarnosahlan berkata:

    simulasi yang sangat berarti bagi anak-anak di masa depannya

    Suka

  3. BENY KADIR berkata:

    Wah,guru dan siswa sama2 antusiasnya.
    Materi langsung dipraktekkan,dapat langsung hasilnya,dan juga manfaatnya.

    Suka

  4. Mamah Aline berkata:

    ternyata bagus mempraktekkan cara bermuamalah untuk siswa SD sangat bagus melatih wirausaha, apalagi diarahkan untuk menimbang modal dan harga yang kan ditawarkan supaya tidak merugi.

    Suka

  5. putra pantura berkata:

    Napak tilas tarikh Rasulullah SAW, lebih baik dari segudang teori yang dijejalkan jika tanpa simulasi nyata dan dibatasi rambu-rambu halal, mubah, makruh dan haram.

    Suka

  6. orang biasa berkata:

    ia bun makanya kemarin cm kepikiran satu kata kejam.cm itu

    Suka

  7. andry sianipar berkata:

    Salam super-
    Salam hangat dari pulau Bali-
    menarik sekali artikel nya…
    saya jadi tambah semangat…
    berbuat baik lah…

    Suka

  8. kawanlama95 berkata:

    balik lagi dah, wah gimana alo para narablog bikin simulasi perdagangan di blognya masing2 . Tapi gimana bentuknya ya, ada saran?k

    Suka

  9. Hary4n4 berkata:

    Acara yg sangat menarik dan bermanfaat.. Mengenalkan sejak dini, bagaimana susah dan beratnya berusaha utk mencapai hasil atau tujuan… Salut banget dgn acaranya…
    Salam hangat.. Salam damai selalu…

    Suka

  10. setitikkehidupan berkata:

    prinsip seperti itu bsa di lanjutkan sampai besar

    Suka

  11. Andy berkata:

    Belajar jadi seorang wirausaha yah…

    Suka

  12. alisnaik berkata:

    selamat pagi.

    belum punya mental pedagang yg kuat tuh. hehe.

    jadi teringat bazar waktu saya SMA.
    kelas saya kurang pembeli karena stan kurang menarik. 😦

    terima kasih dan mohon maaf 😮

    Suka

  13. didikan wirausaha sejak dini..
    🙂

    *salam kenal dari aceh*

    Suka

  14. Kakaakin berkata:

    Wah… kecil2 udah diajarin dagang.
    Bagus banget ya, simulasinya… 🙂

    Suka

  15. sewa mobil berkata:

    wah jadi pemborong nih

    Suka

  16. PEDAGANG KAKI 19 berkata:

    INGIN SUKSES BERDAGANG…BACA BUKU ROSULULLAH SEORANG PEDAGANG,

    INGIN LANCAR RIZKINYA BACA BUKU RIZKI MELIPAH DIZAMAN SUSAH

    INGIN TERCAPAI CITA CITANYA BACA BUKU MENGAPAI CITA CITA DENGAN SMANGAT MEMBARA

    ANAK AYAM BEGITU ENETAS LANGSUNG MENCARI AKAN SNDIRI…ANAK MANUSIA TERLALU ANJA…BAHKAN SAMPAI DEWASA MASIH MINTA SUBSIDI ORANG TUA…APA NGAK MALU DENGAN AYAM…?

    Suka

Terima kasih atas masukannya, semoga tulisan disini bermanfaat ya :)