Puaskah dengan Pencapaian di Semester ini ?

Selesai sudah semester ini, namun ada PR yang harus aku selesaikan. Banyak yang harus aku kerjakan untuk semester depan, terutama untuk anak-anak yang spesial. Ketertinggalan di semester ini sangat aku harapkan bisa dikejar di semester genap nanti. Semoga usaha yang dilakukan di semester ini adalah usaha maksimal yang bisa aku lakukan. Semester depan aku harus melakukan beberapa hal ini di kelas :
1. Lebih fokus pada 5 anak spesial
2. Melatih 3 anak lebih mandiri dan bertanggung jawab
3. Melatih anak dengan sadar akan perbuatan-perbuatannya
4. Melatih anak lebih percaya diri
5. Memunculkan kebaikan-kebaikan yang dilakukan anak sehingga mereka bangga karena bisa berbuat baik (berbuat baik itu nikmat).

Sebelum memulai perjalanan 6 bulan ke depan, aku harus merefreshkan pikiran dengan kegiatan yang positif dan target-target lain. Akhirnya semoga aku bisa mewujudkan bagian kecil dari keinginanku. Ternyata butuh waktu bertahun-tahun untuk melaksanakannya. Alhamdulillah. Semoga keinginan yang lain bisa aku wujudkan walau aku tidak tahu harus berapa banyak waktu yang dihabiskan. Keyakinan untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu masih tertanam kuat karena aku yakin bahwa sesuatu yang baik akan Allah ridhoi. Bismillah.

Memang manusia mempunyai sifat yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang dia capai. Selalu saja kurang ini dan itu. Kepuasan lahir dari keikhlasan ? Bener nggak sih ? Mungkin sebaliknya, keikhlasan menghasilkan kepuasan.

Tentang puas dan ikhlas.
Sebuah kisah seorang anak memenangkan suatu pertandingan futsal di sekolahnya. Dia berlonjak gembira dan berteriak ‘Berhasil !’ di tengah halaman sekolah dengan wajah yang sumbringah. Apakah dia puas dengan apa yang dicapainya ? Setelah ditanya, ternyata anak tersebut menjawab,” Ah, sayang sekali. Kalau saja di A tidak lengah, gol bisa dicetak lebih banyak untuk kelompok kami.” Nah, ternyata dari ucapan si anak ada rasa ketidakpuasan meski timnya telah memenangkan pertandingan. Coba telusuri kembali setiap ucapan si anak. Sudah ditelusuri ? Adakah yang merasa dia tidak ikhlas dengan apa yang telah dicapai oleh timnya ? Ada kata-kata ‘sayang sekali’….Ada penyesalan dari kata-kata itu, ikhlaskah si anak ?

Pada dasarnya ikhlas itu yang tahu hanya dia dan Allah, Sang Pencipta diri.

Menurutku, antara puas dan keikhlasan ada benang merahnya. Saat merasa berhasil mencapai apa yang diinginkannya, dia merasa puas, tapi belum tentu dia ikhlas. Ternyata untuk mencapai keikhlasan, yang bukan sekedar puas tidaklah mudah. Kalau hanya sekedar merasa puas, banyak orang bisa melakukannya, tapi untuk mencapai keikhlasan…sedikit sekali yang bisa.

Orang yang ikhlas memiliki rasa kepuasan. Rasa puas dengan apa yang dicapai itu tidak membabi buta. Ada sikap nerimo dengan yang bisa dilakukannya, namun dia tetap berusaha untuk mencapai yang lebih baik lagi. Ini bukan tanda ketidakikhlasannya.

Orang yang besar dan sukses di dunia lahir dari keinginan yang terus maju setiap harinya dan berusaha mewujudkan keinginan itu, yang bukan sekedar keinginan semata.

Tentang Meliana Aryuni

Seorang yang mencoba menciptakan makna hidup dari lika-liku kehidupan melalui tulisan.
Pos ini dipublikasikan di Artikel Psikologi, Nilai2 Islami, Pernik Sekolah. Tandai permalink.

4 Balasan ke Puaskah dengan Pencapaian di Semester ini ?

  1. alisnaik berkata:

    selamat pagi, bu guru Meli

    saya jadi teringat filmnya H Dedi Mizwar,
    Kiamat Sudah Dekat.
    di mana si Andre Taulani disuruh untuk belajar ilmu ikhlas.

    kalo menurut saya,
    ikhlas dan bersyukur itu kayaknya masih satu rumpun ya ๐Ÿ˜‰

    terima kasih dan mohon maaf ๐Ÿ˜ฎ

    Suka

  2. setitikharapan berkata:

    iya, emang untuk ikhlas susah banget. Terkadang saya malu pada diri sendiri. Saat orang lain ditimpa musibah kita dengan gampangnya bilang “udah diikhlaskan saja”. Tapi pas kita yang kena, hmmm..sulit bu untuk itu.

    Suka

Terima kasih atas masukannya, semoga tulisan disini bermanfaat ya :)