Bunda kok latihan-latihannya besar, ujiannya kecil ?

Keluhan ini diungkapkan oleh seorang wali siswa yang melihat penurunan nilai pada anaknya.

Pertemuan dan kerja sama dengan wali siswa memang harus dilakukan, apalagi anak itu adalah anak spesial di kelas. Banyak orang tua yang mampu kooperatif dengan guru kelasnya. Jika ada suatu permasalahan yang dialami oleh siswa, orang tua dan guru mencari solusinya secara bersama-sama. Di samping ada wali siswa yang kooperatif, ada juga yang kurang kooperatif , seolah-olah beban ‘pembenahan’ anak dilimpahkan semua pada guru. Padahal….Guru juga manusia….Banyak jam yang dihabiskan anak di rumah. Hanya beberapa jam anak dibina oleh guru di sekolah.

Seorang guru akan senang sekali jika ada saatnya kita mengungkapkan semua tentang kelebihan dan kekurangan anak di kelas/ sekolah sehingga orang tuanya bisa menyikapi kekurangan yang anak punyai dengan mengkombinasikan dengan kelebihannya. Seorang anak di kelas yang lincah, suka bicara, namun masih bertingkah seperti anak-anaklah yang akan dibahas pada tulisan ini.

Alhamdulillah wali siswa (wasis) mau kooperatif dengan guru kelas. Setelah berbasa-basi lalu sampailah pada inti pembicaraan.

Wasis : “Bun, gimana Ananda di kelas ?”

Guru :”Ananda masih suka bertingkah seperti anak-anak.”

Wasis : “Iya, Bunda, mungkin itu karena usianya yang kurang matang untuk sekolah. Nilai latihan dan tugasnya bagus-bagus Bunda, tapi kok nilai semesternya kecil ya,Bun padahal di rumah sudah di les privat.”

Guru : “Kalau Bunda lihat, saat Ananda mengerjakan soal, Ananda kurang konsentrasi dan mudah sekali terpengaruh sama temannya. Buktinya aja, setelah di remedial, nilainya bagus. Artinya Ananda bisa menjawab soal dengan lebih baik.”

Wasis : ” Iya,Bun, tapi kalau untuk pelajaran yang sifatnya hapalan, udah dia ga mau bener.”

Guru : “Kalau saya lihat Ananda sangat senang belajar dengan tanya jawab. Di kelas juga seperti itu, kalau ada pertanyaan, biasanya dia akan menjawab.”

Wasis: ” Iya, dia itu kalau disuruh baca buku cerita, dia mau. Kalau disuruh baca buku pelajaran, susah sekali. Dia bilangnya, ‘Sudah dibaca,Ma’. Eh, waktu ditanya….Nggak tahu,Ma.”

Guru : ” Bisa jadi karena dia tidak suka dengan pelajarannya.”

Wasis :” Iya sih,Bun. Pelajaran disini dan sekolah dulu beda. Disini sepertinya materinya lebih banyak dan sulit.”

Guru : ” Ananda mungkin sedang beradaptasi dengan sekolah ini, Ma. Ada anak yang sangat mudah beradaptasi, sehari udah bisa. Ada anak yang butuh waktu 3/6/7 bulan atau setahun baru bisa beradapatasi dengan sekolah yang baru.”

Guru melanjutkan kembali : “Kalau soal pelajaran hapalan, karena Ananda belum tahu manfaatnya sehingga dia nggak suka dengan pelajaran  tersebut. Coba kita sama-sama membuka wawasan anak bahwa ilmu itu bermanfaat. ‘Papa bisa kerja seperti sekarang karena pelajaran-pelajaran di sekolah lho.’ ” Nah, kalau besar nanti mau jadi apa ?Biasanya kalau anak sudah tahu manfaatnya, anak akan lebih bersemangat.”

Wasis : “Iya, Bunda nanti saya coba di rumah.”

Ada beberapa saran yang disampaikan dengan permasalahan anak seperti itu :

1. Anak itu tipe kinestetik, yang cenderung tidak suka dengan pelajaran hapalan. Gali potensi anak dengan ‘tanya jawab’/ diskusi.

2. Biarkan dia matang sejalan dengan perkembangannya, jangan banyak menuntut pada anak untuk menggapai apa yang kita inginkan.

3. Biarkan anak memahami proses adaptasi secara alamiahtanpa harus kita ajarkan.

4. Cari kompetitor untuknya sehingga dia bisa bercermin darinya, boleh kakaknya atau temannya.

5. Memposisikan tempat duduk anak yang masih labil ini pada posisi yang tepat, tidak berdekatan dengan siswa yang suka mengobrol karena kalau sudah diajak ngobrol, anak akan ikut-ikutan.

Tentang Meliana Aryuni

Seorang yang mencoba menciptakan makna hidup dari lika-liku kehidupan melalui tulisan.
Pos ini dipublikasikan di Pernik Sekolah dan tag , , . Tandai permalink.

17 Balasan ke Bunda kok latihan-latihannya besar, ujiannya kecil ?

  1. Siti nuryani berkata:

    Kalo aq punya anak pengen banget deh km yg jd gurunya….habisnya gurunya baik seh pasti anakku nanti jd pinter deh…
    terimakasih yah dah mengunjungi blogku

    Suka

  2. Fitria ALIEFA berkata:

    bundaaaa…, aku jadi kangen dehhhh…, semesteran ada remednya ya bun?

    Suka

  3. Anak adalah amanah yang harus dibina untuk siap hidup dijamannya. fitrah manusia ketika lahir adalah suci, orang tuanyalah yang mewarnai. untuk itulah kewajiban orang tua yang utama : memberikan nama yang baik, mengajarkan Al quran dan sunah, kemudian menikahkan ketika menginjak dewasa.

    sekolahan sifatnya hanya membantu para ortu, ketika mereka kurang mampu maka serahkan pada Ahlinya, Banyak ortu yang menginginkan anaknya sekolah di instansi yang favorit, namun perlu juga bekal ilmu syar’i tersampaikan ( Alquran, as sunah dan faroid)

    Suka

  4. dan berkata:

    Tugas Guru memang berat yah..
    Terima kasih pelajarannya..

    Suka

  5. batavusqu berkata:

    Salam Takzim
    Selamat Tahun Baru Islam Bunda yang ke 1431
    Semoga amal yang telah dibuat menjadi bekal
    Salam Takzim Batavusqu

    Suka

  6. hanif berkata:

    wah, memang seru sepertinya mengajar anak-anak. salam kenal, mampi2 ke blog saya, thx.

    Suka

  7. Hary4n4 berkata:

    Wah, ulasan yg menarik sekali..
    Bisa utk contoh dan pelajaran buat saya dlm mengarahkan seorang anak, khususnya buat si kecil yg baru kenal bangku sekolah..
    Makasih banyak utk sharingnya yaa, mbak… 🙂
    Salam hangat dan damai selalu…

    Suka

  8. kakaakin berkata:

    Masalah konsentrasi nih susah banget sepertinya…
    Keponakanku ada yang pengennya main aja… 😦

    Suka

  9. alisnaik berkata:

    memang butuh saingan, biar anak ada motivasi belajar.

    saya sewaktu SD kumpulnya sama anak-anak yg pinter, jadi ada sedikit rasa persaingan dalam berprestasi.

    tapi sewaktu SMP dan SMA, kumpulnya sama anak doyan main, jadinya saya mulai kehilangan motivasi untuk berprestasi dalam pelajaran.

    Suka

Terima kasih atas masukannya, semoga tulisan disini bermanfaat ya :)