“Stres aku,Bunda…”

Siang tadi, setelah sholat Zuhur, aku kembali ke kelas dengan tergesa-gesa karena ada laporan dari anak bahwa seorang anak yang bernama Amel menangis karena mengeluh pusing dan kakinya sakit. Sebelumnya dia mengeluhkan hal yang sama, tapi hanya sebentar dan Amel masih bisa ikut sholat berjama’ah. Setiba di kelas, aku melihat Amel telah berurai air mata. Sedih melihatnya bercampur rasa cemas.
Ketika aku tanya,” Amel pusing ya,Nak ?” Dia hanya menjawabnya dengan anggukan. Akhirnya aku coba mengkondisikan kelas sebelum patner kerjaku tiba. Aku meminta 4 orang anak (Ketua (Shiddiq), Angga (Sekretaris), Daffa (Waka), dan Anton (Pencatat) untuk tampil di depan kelas. Mereka akan membantuku dan teman-temannya dalam tahfidz kali ini karena aku akan mengajak Amel ke UKS.

Dari kejauhan, mereka berempat telah mengambil alih peran yang aku berikan. Kelas sudah terlihat tertib. Pengulangan tahfidz surat berlanjut, entah sudah berapa ayat yang mereka suarakan.
“Nak, Bunda kali ini ingin mengajarkan kali bertanggung jawab dengan apa yang diberikan pada kalian. Kalian akan merasakan bagaimana berdiri menjadi seorang ustadz atau bunda. Bunda percaya kalian bisa. Bunda akan memberikan waktu 30 menit untuk tahfidz sendiri, insya Allah 30 menit yang lain Bunda yang handle,” kataku. Aku hanya bilang ke patnerku,
“Ustadz, biarkan mereka tampil di depan. Ustadz lihat saja mereka. Tiga puluh menit berikutnya saya akan isi,” kataku sambil berlalu.

Setelah mengantar Amel ke UKS dan bertanya pada dokter ( aku selalu penasaran terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan). Aku bertanya penyebabnya dan setelah Amel selesai pun aku masih bertanya. Dengan sabar dokternya menjelaskan kepadaku. Ilmunya kudapat ! Setelah 30 menit berlalu, aku kembali ke kelas. Seorang anak menghampiriku.
“Bunda, bisa-bisa aku jadi stres karena Razka, Dedy,” kata Daffa. Dalam diam aku tersenyum. Aku berdiri di depan kelas. Tepat 30 menit berlalu aku sudah berdiri dan akan memulai tahfidz kembali. Sebelumnya aku bertanya kepada 4 orang yang berperan dalam tahfidz.
” Bagaimana rasanya menjadi guru di depan kelas Shiddiq, Angga, Anton, dan Daffa ?” Kataku.
” Stres Bun aku,” kata Daffa dan setelah itu sampai pelajaran tahfidz selesai, Daffa duduk dengan manis di kursinya. Mungkin dia sudah menyadari bahwa tidak pernah enak jika kita berbicara tidak didengarkan oleh orang lain. Angga menjawab,”Lumayan, Bun.”
Shiddiq berkata,” Bingung, banyak yang nggak baca,” katanya dengan bibir yang agak manyun sedang Anton memperlihatkan teman-teman yang tidak ikut tahfidz di papan tulis. Akhirnya sebelum tahfidz kumulai kembali, aku berkata,” Nah, Nak…Begitulah rasanya menjadi Bunda dan Ustadz.” Sorot mata Daffa yang kelelahan mengkondisikan teman-temannya menyiratkan bahwa semoga saja dia sadar bahwa memang ada waktu untuk berbicara dan ada waktu untuk diam.

Sungguh pun aku bisa mengkondisikan anak dalam kelas, jika keadaan itu tidak dilakukan dari hati yang mengerti dan paham maksud pengkondisian itu, maka semua akan kembali ke titik nol. Tak pernah ada yang berdiri sebelum bisa merangkak. Begitulah anak. Anak tak akan pernah menyadari sesuatu itu baik, bila tidak ada hasil yang baik di mata mereka.

Perjalanan tahfidz hari ini semoga membawa pencerahan dalam hati siswa-siswiku sehingga mereka lebih pandai dalam bersikap dan berbuat di kehidupan.

Salam sayang untuk anak-anakku yang sudah mengisi ruang suka dan duka hidup ini. Love you all. ๐Ÿ˜€ ๐Ÿ˜‰

Tentang Meliana Aryuni

Seorang yang mencoba menciptakan makna hidup dari lika-liku kehidupan melalui tulisan.
Pos ini dipublikasikan di Isi Hatiku, Pernik Sekolah. Tandai permalink.

31 Balasan ke “Stres aku,Bunda…”

  1. sularno berkata:

    kelas ibarat sebidang tanah yang siap digarap, sang guru sebagai petani yang mengolah, menanam, merawat dan memanennya.butuh ilmu tersendiri dan sentuhan kasih sayang, yang kita garap adalah manusia bukan sekedar bibit padi….kondisi kelas adalah cerminan dari ilmu yang dimiliki sang guru….banyaklah belajar sdrq, kreativitas dibutuhkan, inovasi adalah keharusan. do the best….success for you

    Suka

  2. alisnaik berkata:

    berbicara di depan orang banyak memang bukan hal yang mudah. meskipun yang dihadapapi adalah teman teman sendiri.

    *pengalaman pribadi*
    ๐Ÿ˜ณ

    Suka

  3. zipoer7 berkata:

    Salam Takzim
    Pelajaran yang akan menjadikan 4 calon pemimpin dalam menenteramkan suasana di masyarakat yang homogen, menjadi pemimpin yang handal. Semoga.
    Salam Takzim Batavusqu

    Suka

  4. Kakaakin berkata:

    Lucu ya… melihat anak2 itu membuat kita penasaran pada potensi yang ada pada diri mereka… ๐Ÿ™‚

    Pengalamanku di depan kelas juga membuatku stress… ๐Ÿ™‚ bebannya terasa berat…untung sekarang aku nggak mengajar lagi…
    Salut sama para guru… ๐Ÿ™‚

    Suka

  5. zipoer7 berkata:

    Salam Takzim
    Mengunjungi sahabat di siang hari dengan tetap tiada bosan-bosannya berdo’a semoga kesehatan selalu bersamamu bunda
    Salam Takzim Batavusqu

    Suka

  6. ikiakukok berkata:

    sudah lama nggak main2 ke sini. tambah bijak saja bunda yang satu ini ๐Ÿ™‚

    Suka

  7. Wong Jalur berkata:

    Hanya berdo’a smg amal bunda dilipat gandakan, dan anak2nya menjadi penerus yg siap menjaga Agama dan Bangsa, di pundak merekalah arah Agama dan bangsa ini. Senang juga berjumpa Blogger dari Palembang, bedanya saya di kampung klo bunda di Kota. But, no problem. kita sama2 membimbing anak2 ke arah yg maju.
    Salam kenal dan hangat bunda.

    Suka

    • melianaaryuni berkata:

      Aamiin…Semoga doanya juga untuk wong Jalur. Kota ato kampung sama aja, malah banyak yang dari kapung yang semangat membangun kampungnya jadi baik dan sukses lho….

      Salam hangat dan persahabatan juga. Saya link blognya ya di halaman ‘Teman-temanku’ ya…. ๐Ÿ˜€

      Suka

  8. alisnaik berkata:

    waaahhh..

    blognya bu guru Meli keren ya,
    komentarnya saling balas berbalas.

    terasa hidup dan menyegarkan
    :mrgreen: :mrgreen: :mrgreen:
    :mrgreen: :mrgreen: :mrgreen:
    :mrgreen: :mrgreen: :mrgreen:

    Suka

    • melianaaryuni berkata:

      Hohohohoho… Ya, masih kalah kerennya sama FBnya mas kok hehehe…Kadang lucu aja ngeliat di blog bisa sahut-sahutan…Kek ada ciap anak ayam, yang nyahut induknya ๐Ÿ˜† :mrgreen: Sapa yang induk, siapa yang anak ๐Ÿ˜†

      Suka

  9. alisnaik berkata:

    hhehehehehehehe.

    saya memang cukup eksis di FB.
    sekarang mencoba eksis juga di jagad per-blog-an Indonesia

    *minta izin pamer gigi lagi ya*
    :mrgreen: :mrgreen: :mrgreen:
    :mrgreen: :mrgreen: :mrgreen:
    :mrgreen: :mrgreen: :mrgreen:

    Suka

  10. kualitas blog tergantung pada pilihan bahasa yang digunakan, alangkah bijaknya kalau bisa di akses semua kalangan.

    mengunakan bahasa baku dengan untaian kata yang profesional lebih indah tuk dikonsumsi, baik para akademisi, sastrawan maupun orang awam.

    mengajak para bloger tuk membuat wab biar lebih lengkap dan dapat diakses oleh lebih banyak orang, bahkan bisa dijadikan sebagai mesin uang…..dengan memasukkan iklan atau pesan klik pada pakde google,

    dah pada tau khan setiap ada pengunjung yang klik wab akan mendapatkan sekian rupiah dari pakde google….?

    ini khan bisa dijadika ase, pastikan teman teman membaca buku the caslow quadran….pasti ada perubahan dalam hidupnya jika menangkap pesan penting yang tersirat dan tersurat dalam buku itu.

    Suka

  11. ANAK DICIPTAKAN UNTUK ZAMANNYA SENDIRI

    Q TITIPKAN GENERASI INI PADA PARA GURU

    CETAKLAH MEREKA MENJADI GENERASI YANG TANGGUH

    JADIKAN HIDUPNYA PENUH MAKNA

    SESUNGGUHNYA PERUBAHAN DUNIA ADA PADA MEREKA….

    SEMANGATLAH PAK GURU DAN BU GURU, LELAH MU NGAK AKAN SIA SIA….PENA YANG KAU PEGANG SIAP MENULISKAN KEJAYAAN….

    Suka

  12. yos berkata:

    paling eanak tuh diem didepan oarng banyak…
    hehehehe….

    Suka

  13. sunflo berkata:

    maasyaa Allaah…semoga senantiasa diberi keistiqamahan dan semangat juang tinggi untuk mendidik generasi penerus bangsa dan harapan umat… semangat de’…!! ^^

    Suka

  14. Ovepaivioda berkata:

    Good article, great looking blog, added it to my favs!!

    Suka

Tinggalkan Balasan ke sularno Batalkan balasan